Rabu, 11 Juni 2014

penggemukan domba



LAPORAN MAGANG PENGGEMUKAN DOMBA
MILIK BAPAK DJOKO SUTONO






DISUSUN OLEH :



Agyuri Thesa Pramuda       :112224
Hari Imam Saputro               :112223
Satriya Kukuh Santoso          :112237
               




AKADEMI PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
2014







KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan program magang dan menyelesaikan laporan ini dengan baik dan lancar. Adapun program magang ini untuk memenuhi syarat dalam menempuh program studi diploma III pada Akademi Peternakan Brahmaputra.
Magang ini dilaksanakan pada tanggal 6 sampai 11 september 2013 di peternakan domba milik Bapak Djoko Sutono.
Dalam kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1.    Bapak Drh.Agus Purnomo, selaku Direktur Akademi Peternakan Brahmaputra Yogyakarta.
2.    Bapak Ir.Sudarisman, selaku Dosen pengajar Akademi Peternakan Brahmaputra.
3.    Bapak Djoko Sutono selaku pemilik petenakan domba
4.    Bapak Ir. Sudarisman, M.sc selaku dosen ternak dan pembimbing
5.    Semua pihak yang telah membantu terlaksananya program magang ini.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan magang ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan magang ini.

                                                                        Yogyakarta ,              September 2013



                                                                                                Penyusun


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................   ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
I.   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ....................................................................................  1
1.    Tujuan
2.    Manfaat
B.    II. TUJUAN DAN MANFAAT
II.   Tinjauan Pustaka
A.    Kebutuhan Daging Domba.................................................................... 2
B.    Pemilihan Bibit/Bakalan......................................................................... 2
C.   Perkandangan ......................................................................................  3
D.   Pakan Domba........................................................................................ 4
E.    Kesehatan.............................................................................................. 5
F.    Penanganan limbah............................................................................... 6
III.  Materi Metode
Materi........................................................................................................... 7
Metode......................................................................................................... 8
IV. Hasil dan Pembahasan
A.    Gambaran Umum Peternakan.............................................................. 9
B.    Hasil dan Pembahasan kegiatan magang............................................. 9
C.   Manajemen Pakan................................................................................ 13
D.   Manajemen Pemeliharaan.................................................................... 14
E.    Kesehatan Domba................................................................................. 15
Analisia Usaha ......................................................................................  17
V.  Kesimpulan................................................................................................ 18
VI. Lampiran




















BAB I   PENDAHULUAN



A.   Latar Belakang

Domba merupakan jenis ternak yang mempunyai prospek yang cukup baik di masa-masa mendatang, baik sebagai ternak potong atau ternak bibit. Hal ini dikarenakan setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan. Seiring dengan hal tersebut maka kebutuhan pangan juga mengalami peningkatan termasuk kebutuhan protein hewani.
Kebutuhan daging domba di dalam negeri masih belum dapat dipenuhi dari produksi di dalam negeri sendiri sehingga harus mengimpor daging domba dari luar negeri. Salah satu penyebab terjadinya impor domba adalah produktivitas domba lokal rendah dikarenakan domba dikelola peternak kecil yang manajemen pemeliharaannya masih tradisional dengan pakan yang nilai nutriennya rendah sehingga berdampak pada pertambahan bobot badan domba yang rendah.
Salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas domba  adalah dengan melakukan   perbaikan   genetik  dan   lingkungan.   Faktor  genetik  mempunyai pengaruh 30% dan lingkungan sebesar 70% dari keberhasilan penggemukan domba. Lingkungan dibagi menjadi suhu dan manajemen yang diterapkan. Untuk memperoleh produksi domba yang optimal maka harus memperhatikan manajemen. Manajemen yang perlu diperhatikan dalam penggemukan domba antara lain : pemilihan bakalan yang sesuai untuk penggemukan, perkandangan, pemberian pakan yang kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan kebutuhan domba, manajemen pemeliharaan dan kesehatan domba. Penerapan manajemen yang tepat guna akan meningkatkan pertambahan bobot badan   dan kualitas daging yang dihasilkan oleh domba juga akan baik.
1.    Tujuan Praktek Kerja Lapang
Tujuan Praktek Kerja Lapang adalah untuk mengetahui dan mempelajari serta menambah keterampilan tentang manajemen penggemukan ternak domba dipeternakan milik Bapak DJOKO SUTONO.
2.     Manfaat Praktek Kerja Lapang
            Manfaat dari Magang adalah
1.    Mendapatkan keterampilan dan pengetahuan tentang tata laksana pemeliharaan   penggemukan domba pada kondisi sebenarnya dilapang.
2.    Sebagai bahan masukan dan pertimbangan lebih lanjut untuk usaha penggemukan domba dalam hal tata laksana proses produksi penggemukan domba.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



A.   Kebutuhan Daging Domba di Indonesia
Laju permintaan daging domba meningkat rata-rata 2,7% per tahun (Mulyono dan Sarwono, 2004). Selanjutnya, kebutuhan masyarakat Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi akan domba mencapai 16% dari permintaan nasional, setara dengan 118.000 ekor domba atau sekitar 7.360 ton daging. Keterbatasan domba potong dalam negeri dipenuhi dengan impor domba Merino sejak Tahun 1996.Kemampuan produksi dan reproduksi domba di Indonesia masih bisa ditingkatkan bila pemeliharaan secara ekstensif dapat diubah ke semi-intensif dan intensif.Dalam pemeliharaan intensif, pertumbuhan berat domba bisa mencapai 150 g per hari, sedangkan dalam pemeliharaan ekstensif hanya mencapai 20-30 g per hari.
Selain domba dan kambing memiliki peluang pasar, keuntungan-keuntungan lain dari usaha domba dan kambing (Cahyono, 1998) adalah :
1.    Lahan yang sempit dapat untuk memelihara domba dan kambing.
2.    Domba dan kambing memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan sehingga mudah dipelihara dan dikembangkan di dataran rendah atau tinggi, bahkan di daerah kering dengan pakan kasar.
3.    Domba dan kambing suka hidup berkelompok sehingga memudahkan penggembalaan.
4.    Umur 1,5 tahun sudah beranak, selang beranak berikutnya 7-8 bulan sehingga 2 tahun sejak anak umur 10 bulan dipelihara dapat beranak tiga kali.
5.    Selain diambil dagingnya sebagai hasil utama (sumber protein), bulu dan kulitnya berguna untuk industri(tekstil dan sepatu).
6.    Kotorannya berguna untuk pupuk pertanian.
7.    Bahan pakannya dapat memanfaatkan limbah pertanian (jagung dan kacang-kacangan).
8.    Modal yang diperlukan sedikit dibanding ruminansia besar dan dengan modal yang sama dapat diperoleh hasil yang lebih besar karena dapat memelihara kambing dan domba lebih banyak.
9.    Domba dan kambing merupakan sumber uang tunai karena penjualannya mudah.
10. Usaha kambing dan domba skala besar dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat

B.   Pemilihan Bibit/Bakalan

Keberhasilan dalam usaha ternak domba sangat ditentukan oleh bibit yang digunakan. Cara seleksi seekor domba bervariasi, tergantung pada tujuan pemanfaatan domba itu. Seleksi dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik yang dapat dibagi menjadi seleksi berdasarkan  penilaian  (judging) individual, seleksi berdasarkan silsilah, seleksi berdasarkan penampilan atau performan, serta seleksi berdasarkan pengujian atau test produksi (Blakely dan Bade, 1994).
Bakalan  dapat  diperoleh  dari  peternak  lain  dengan  menyeleksi  atau memilih bakalan yang unggul untuk penggemukan. Kriteria bakalan yang unggul diantaranya sehat, memiliki bobot 15-20 kg dan berumur kurang dari 1 tahun.
Bakalan yang berumur kurang dari satu tahun atau setelah lepas sapih hingga berumur    satu    tahun    adalah    bakalan    yang    ideal    untuk   digemukan (Setiawan, 2011).
Salah satu kriteria domba yang baik untuk penggemukan dapat dilihat dari umurnya. Secara umum domba berada pada puncak pertumbuhan sekitar umur 4 bulan sampai 1 tahun, sehingga usaha penggemukan domba yang paling efektif adalah saat domba berada pada rentang umur tersebut. Domba yang biasa digunakan  untuk usaha penggemukan  (bakalan) di daerah  panas atau  bersuhu tinggi adalah domba ekor gemuk (DEG), karena mempunyai pertambahan bobot badan yang relatif tinggi dengan pakan yang disesuiakan dengan kebutuhannya, sedangkan  pada  daerah  suhu  sedang  adalah  domba  lokal.  Pertambahan  bobot badan ternak dipengaruhi oleh pakan yang diberikan. Untuk meningkatkan pertambahan bobot badan ternak diperlukan pakan tambahan yang kaya protein dan nutrien lainnya (Sodiq dan Abidin, 2003).

C.   Perkandangan

Domba hidup di alam secara bebas pada habitat aslinya. Aktivitas makan, minum dan istirahat dilakukan tanpa kontrol manusia. Setelah didomestikasi dan diusahakan oleh manusia dengan berbagai macam tujuan, maka kehidupan domba di bawah  kontrol manusia (diternakkan) termasuk dalam  penyediaan  kandang. Kandang memiliki fungsi sebagai berikut :
1.    Melindungi domba dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan pengganggu.
2.    Sebagai tindakan preventif agar domba tidak merusak tanaman dan fasilitas lain di lokasi peternakan, serta menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi kehidupan domba
3.    Tempat  berteduh  dari  panas  matahari  dan  hujan,  serta  sebagai  tempat beristirahat pada siang hari dan tidur pada malam hari.
4.    Mempermudah   peternak   melakukan   kontrol   atau   pengawasan   terhadap kesehatan domba.
5.    Kotoran domba lebih mudah dikumpulkan untuk pemakaian lebih lanjut.
6.    Domba-domba tidak mudah hilang atau terpisah dari kawanan.
7.    Membatasi gerak domba yang menyita banyak energi, seperti aktifitas berlari.
8.    Memberi kondisi iklim mikro yang sesuai dengan kebutuhan domba, sehingga mampu mencapai tingkat produksi optimal (Sodiq dan Abidin, 2003).
Kandang domba yang digembalakan maupun kandang penggemukan dibedakan menjadi kandang yang langsung ke tanah dan kandang yang memiliki tangga atau disebut kandang panggung. Pada kandang yang langsung ke tanah dindingnya dibuat dari bambu atau kayu. Ukuran kandang untuk 2 ekor domba dewasa yaitu 1 m². Dinding dibuat dari bambu yang dibelah atau bambu bulat yang utuh berjarak 10-15 cm. Untuk domba ekor gemuk dapat berjarak 15 cm. Apabila menggunakan kandang panggung maka diperlukan tangga untuk masuk ke  dalam  kandang.  Sehingga  kandang  panggung  adalah  kandang  yang  sesuai untuk domba (Sitepoe, 2008).
Agar diperoleh suatu lokasi kandang yang sehat, higienis dan menjamin kenyamanan ternak, maka menurut Sugeng (2000) lokasi kandang harus dipilih yaitu tempat yang lebih tinggi diantara lingkungan sekitar, dan tanah yang sekiranya dapat meresap air hujan. Kedua, tempat yang mudah dibuat saluran air, sehingga dimusim penghujan air mudah kering dan tidak menggenang di lingkungan perkandangan. Ketiga, tempat terbuka tetapi bukan tempat yang di bawah pepohonan besar dan  rindang. Keempat, bangunan kandang hendaknya dibangun dekat dengan peternak atau penjaga.

D.    Pakan Domba

Kebutuhan pakan akan terus meningkat selama domba masih dalam pertumbuhan dan saat masa kebuntingan. Berkaitan dengan alasan tersebut, pemberian pakan secara ekonomis dan teknis yang memenuhi syarat harus dilandasi beberapa kebutuhan sebagai berikut :
1.    Kebutuhan hidup pokok yaitu kebutuhan pakan pokok, meskipun ternak domba dalam  keadaaan  hidup  tidak  mengalami  pertumbuhan.  Apabila  kebutuhan hidup  pokok  tidak  terpenuhi  maka  secara  alamiah  domba  akan mempergunakan  zat-zat makanan  dari jaringan  tubuhnya. Kebutuhan  hidup pokok  adalah  kebutuhan  terhadap  sejumlah  zat  makanan  untuk  menjaga keseimbangan dan mempertahankan kondisi tubuh.
2.    Kebutuhan untuk pertumbuhan yaitu kebutuhan pakan yang diperlukan domba untuk memproduksi jaringan tubuh dan menambah bobot tubuh. Zat-zat makanan diperlukan untuk meningkatkan bobot tubuh setelah kebutuhan hidup pokok terpenuhi.
3.    Kebutuhan untuk reproduksi yaitu kebutuhan pakan digunakan untuk proses reproduksi, seperti kebuntingan.
4.    Kebutuhan untuk laktasi yaitu kebutuhan pakan digunakan oleh domba untuk memproduksi susu untuk anaknya (Bambang, 1993).
Suharno  dan  Nazarudin  (1994)  menyatakan  bahwa  pakan  merupakan faktor produksi yang memiliki biaya relatif besar dari total produksi. Komponen biaya pakan  suatu  peternakan  dapat berkisar  60  70% dari komponen biaya produksi. Apabila terjadi kenaikan biaya pakan maka akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan peternak sehingga efisiensi pakan merupakan hal yang penting untuk dilakukan.   Pakan  domba dikelompokkan  menjadi dua macam, yaitu hijauan sebagai pakan utama dan konsentrat sebagai pakan tambahan.
Ransum adalah bahan pakan yang diberikan kepada ternak selama 24 jam. Ransum  terdiri dari berbagai macam  hijauan  dan  bahan  selain  hijauan  pakan ternak. Ransum yang diberikan pada ternak hendaknya dapat memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1.    Mengandung nutrien yang lengkap seperti protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
2.    Digemari oleh ternak, sehingga ransum yang diberikan sesuai dengan selera ternak.
3.    Mudah dicerna, tidak menimbulkan sakit atau gangguan yang lain.
4.    Harganya murah dan sesuai dengan tujuan pemelihaaan (Sumoprastowo, 1993).

Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan   digunakan   untuk   mencukupi   kebutuhan   hidup   pokok   dan   produksi (Tillman et al., 1998). Faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi pakan adalah jenis kelamin, bobot badan, keaktivan, pertumbuhan, kondisi fisiologis ternak dan kondisi  lingkungan.  Suhu  udara yang tinggi  menyebabkan  konsumsi  pakan menurun  karena  konsumsi  air  minum  yang  tinggi  berakibat  pada  penurunan konsumsi pakan (Siregar, 1994).

E.   Kesehatan

Salah satu kriteria yang tak kalah penting adalah kesehatan ternak. Secara umum  domba  yang  sehat  bisa  diketahui dari  ciri-ciri  yaitu  :  kelincahan  dan keaktivan gerak, pandangan mata tajam, kotoran tidak terlalu encer, tidak mengalami cacat tubuh. Berbeda bila domba tersebut sedang sakit biasanya mata tampak pucat, sering dipejamkan, diare, dan menyendiri. Selain itu domba yang tidak menjadi pilihan  sebagai domba bibit adalah bila  giginya pecah, ambing bengkak, geraham atas atau bawah lebih panjang (Bambang, 1993).
Kesehatan ternak merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan. Maka usaha menjaga kesehatan ternak harus menjadi salah satu prioritas utama disamping kualitas pakan ternak dan tatalaksana yang baik. Secara umum, tindakan pencegahan penyakit dalam usaha peternakan domba adalah sebagai berikut :
1.    Domba yang akan masuk dalam areal peternakan harus sehat dan bebas dari penyakit.
2.    Kandang harus bebas dari genangan air, sebab genangan air merupakan tempat hidup nyamuk dan dapat membantu penyebaran penyakit.
3.    Vaksinasi secara teratur.
4.    Sanitasi kandang merupakan  usaha untuk membebaskan  kandang dari bibit penyakit maupun parasit lainnya dengan menggunakan obat-obatan pengendali seperti desinfektan.
5.    Sinar matahari (khususnya pagi hari), juga  harus diperhatikan  karena sinar matahari pagi mengandung ultra violet yang secara alami akan  membunuh kuman-kuman penyakit.
6.    Pemberian pakan yang baik akan dapat menghasilkan tingkat produksi ternak yang baik pula.
7.    Penggembalaan ternak sangat dianjurkan meskipun hanya beberapa jam saja, supaya   ternak   dapat   berolahraga   sekaligus   mengendorkan   otot-ototnnya (Bambang, 1993).

Kesehatan  ternak merupakan  salah  satu  faktor pendukung keberhasilan usaha  ternak  domba.  Lemahnya  pengelolaan  kesehatan  domba  dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Untuk itu, menjaga kesehatan domba lebih penting dilakukan daripada harus mengobati. Namun demikian, pemahaman tentang penyakit yang dapat menyerang domba meliputi gejala, penyebab, dan cara mengatasinya, harus dikuasai oleh peternak. Hal ini untuk mempermudah peternak menangani domba yang sakit (Sudarmono dan Sugeng, 2005).

F.    Penanganan Limbah

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti  usaha  pemeliharaan  ternak,  rumah  potong  hewan,  pengolahan  produk ternak dll. Limbah tersebut dapat berupa limbah padat maupun limbah cair seperti feses, urine, sisa pakan, kulit telur, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dll (Sihombing, 2000).
Limbah ternak yang berupa kotoran ternak, baik padat (feses) maupun cair (urine) serta sisa pakan yang tercecer merupakan sumber pencemaran lingkungan paling dominan  di area peternakan. Limbah  ternak dalam  jumlah  besar dapat menimbulkan bau yang menyengat, sehingga perlu penanganan khusus agar tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan (Sarwono dan Ariyanto, 2002).



BAB III
MATERI DAN METODE
MATERI
Alat dan Bahan yang digunakan :


1.    Panduan kegiatan
2.    Buku tulis
3.    Meteran
4.    Ember
5.    Sepatu boot
6.    Timbangan lonceng
7.    Pulpen
8.    Skop
9.    Selang
10. Gayung
11. Domba 50 ekor



METODE
1.    Orientasi
            Sebelum melaksanakan kegiatan magang, mahasiswa di berikan orientasi yang dibimbing oleh Ir. Sudarisman selaku dosen pembimbing di Akademi Peternakan Brahmaputra. Dalam orientasi mahsiswa diberikan petunjuk dan pengenalan mengenai materi magang di ternak potong  yang akan dilaksanakan per kelompok. Selain itu mahasiswa juga dijelaskan mengenai cara-cara pelaksanaan magang. Kegiatan magang meliputi, pengenalan, wawancara, manajemen pakan, kandang, kesehatan dan pemasaran produksi.
2.    Observasi
            Kegiatan observasi dilaksanakan setelah orientasi yang bertujuan agar mahasiswa mengetahui ruang lingkup mangan ternak potong. Dalam kegaitan ini mahsiswa mengadakan survei langsung dan memperoleh data dan informasi mengenai lokasi dan kondisi di peternakan tempat magang. Baik alat dan bahan yang digunakan maupun study pustaka mengenai ternak sapi perah yang ada di  desa modalan baru, banguntapan, bantul Yogyakarta.
3.     Adaptasi
            Adaptasi sangat penting dilakukan oleh mahasiswa dengan pihak peternakan agar kegiatan magang berjalan dengan baik. Adapatsi dengan pemilik dan juga pekerja kandang dengan cara bertanya seputar kegiatan selama pelaksanaan magang berlangsung, dan untuk mengumpulkan data atau bahan untuk pembuatan laporan. Selain itu kita juga harus beradaptasi dengan masyarakat di sekitar peternakan.



4.    Pelaksanaan Magang
Pelaksanaan magang dilakukan pada 7 Agustus 2013 sampai dengan  13 Agustus 2013 di peternakan domba milik Bapak Djoko Sutono.
Kegiatan yang kami lakukan di peternakan menurut jadwal yang sudah ada, tetapi kami hanya bertugas sebagai pembantu dalam melaksanakan kegiatan, seperti membantu membersihkan kotoran, menguras dan mengisi tempat minum, memberi pakan,dll.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.   Gambaran Umum Peternakan
Lokasi ternak potong terletak di desa modalan baru, banguntapan, bantul, Yogyakarta. Merupakan usaha milik pribadi dan memiliki iziin usaha dari warga setempat. Untuk peternakan penggemukan domba ini digeluti belum lama yaitu sekitar tahun 2013 sampai sekarang.
Menurut bapak Djoko awal beliau mendirikan ternak ini berawal dari teman beliau yang memberi informasi bahwa ada cara beternak domba “tanpa mengarit hijauan”. Tentu saja ini terasa asing karena hampir semua ternak ruminansia pasti membutuhkan hijauan sebagai pakan utamanya, dikarenakan terdengar unik dan menarik maka beliau mencoba ikut beternak tanpa hijauan tersebut dan bergabung dengan mitra PCA (Peternakan Cah Angon).
Sebelum menggeluti peternakan domba penggemukan beliau sudah pernah beberapa kali usaha dari ayam kampung, jamur, hingga puyuh petelur.
Pak Djoko sudah mengenal ternak sejak 1993, tetapi baru di tahun 2013 beliau menggeluti ternak potong untuk penggemukan. Ternak beliau biasanya di pasok oleh mitra PCA sehingga beliau tidak perlu repot untuk mencari bakalannya.

1.    Letak Geografis
Lokasi magang penggemukan domba potong terletak sekitar 1 km dari pasar kotagede atau belakang gudang semen greseik ringroad selatan. Akses menuju ke lokasi terbilang mudah karena tidak jauh dari ringroad.

Kandang yang ada di sana termasuk kandang koloni, tidak sistem kandang batre yang biasa peternak domba pakai. Untuk jenis domba yang dipelihara merupakan campuran yakni : DEG(Domba Ekor Gemuk), DET(Domba Ekor Tipis).
2.    Visi dan Misi
Menciptakan dan menyiapkan lapangan kerja untuk sendiri dan orang lain, memicu dan memajukan para petani lokal dan mengubah sistim cara kerja mereka baik itu metode pakan maupun standar bahan pakan yang digunakan supaua para peternak dapat mengontrol harga.

B.   Hasil dan Pembahasan Kegiatan Magang

1.    Manajemen pembibitan
Bibit yang diperoleh bapak Djoko untuk penggemukan sudah disediakan langsung oleh mitra PCA sehingga pak Djoko tidak perlu repot untuk mencari bakalan. Bakalan dikirim dengan menggunakan mobil L300 dengan kapasitas sekitar 50 ekor,
Untuk kualitas bakalan pihak mitra sudah menseleksi sesuai kriteria paket yang diambil peternak. Pak Djoko mengambil paket bakalan B1 yakni dengan kriteria bakalan domba betina
Tinggi gumba       : 50 – 55 cm
Berat                      : 8-12 kg
Usia                       : 6-8 bulan

2.    Manajemen Perkandangan
DI peternakan milik bapak Djoko ini mempunyai 3 bangunan kandang.Kandang berdiri ditempat yang terbuka dan bebas dari pepohonan. Letak kandang dengan pemukiman penduduk sekitar 50 meter. Akses transportasi menuju peternakan berupa aspal. Untuk menjaga keamanan perusahaan juga mendirikan rumah jaga. Secara  umum  letak  kandang  sudah  bisa  dikatakan  baik  dan  sesuai  pendapat Sugeng (2000) yang menyatakan letak kandang untuk peternakan harus dipilih jauh dari pemukiman penduduk sehingga tidak akan mengganggu penduduk. Lokasi juga harus memiliki ketersediaan air yang cukup. Jalan menuju peternakan dapat dilalui oleh kendaraan sehingga dapat memudahkan dalam kegiatan usaha perusahaan. Hal ini juga didukung pendapat Mulyono dan Sarwono (2003) bahwa lokasi peternakan sebaiknya berada di tempat terbuka tetapi bukan tempat yang di bawah pepohonan besar dan rindang.   Bangunan kandang hendaknya dibangun dekat  dengan  peternak  atau  penjaga  dengan  tujuan  keamanan  ternak  dari pencurian.
Kandang di peternakan pak Djoko membujur dari arah utara ke selatan, sehingga saat pagi hari sinar matahari dapat masuk ke dalam kandang. Hal ini sesuai pendapat Widi (2007) bahwa kriteria kandang ternak yang baik salah satunya menghadap ke arah timur dan barat sehingga sinar matahari pagi dapat masuk kandang, namun pada siang hari tidak sampai masuk kedalam kandang.
Hal   ini   penting   karena   sinar   matahari   berguna   untuk   proses pembentukan  vitamin  D,  sebagai pembunuh  mikroorganisme  yang  merugikan serta mempercepat pengeringan kandang yang basah dan lembab

a.    Tempat pakan
Tempat  pakan  di peternakan pak Djoko terbuat  dari papan yang dilapisi karpet talang dan diletakkan pada dinding kandang bagian  luar dengan ukuran lebar atas25 cm, lebar bawah 20 cm, dan panjang 8 meter.
b.    Tempat minum
Tempat minum di peternakan pak Djoko terbuat dari papan yang dilapisi dengan karpet talang sehingga tidak bocor, dan diletakan pada dinding kandang bagian luar dan di letakan di atas tempat pakan dengan ukuran lebar atas 30 lebar bawah 25 cm dengan tinggi 15 cm. Menurut Widi (2007) menyatakan bahwa, tempat minum berfungsi sebagai tempat menyediakan air untuk kebutuhan minum  ternak. Dengan  tersedianya tempat minum, maka kebutuhan  air dapat terpenuhi   sehingga   ternak   dapat   terhindar   dari   kehausan   dan   berbagai ancaman penyakit.

c.    Gudang pakan
Gudang  pakan  yang  ada  di peternakan pak Djoko bersebelahan dengan kandang dan dibatasi dengan skat bambu dan diusahakan untuk gudang pakan tidak menempel pada lantai atau tanah agar pakam ternak tidak lembab dan mudah berjamur. Letak gudang pakan  sudah  cukup  baik  dengan  dekatnya  kandang  dan  jalan.  Hal ini sesuai pendapat Sutama (2008), bahwa gudang pakan merupakan tempat untuk menyimpan sementara pakan yang belum disajikan ke ternak baik pakan hijauan atau  konsentrat.
3.    Konstruksi Kandang
Lantai kandang pada peternakan pak Djoko menggunakan bahan dari kayu reng dengan panjang 3 meter. Hal ini sesuai pendapat Sutama (2008), bahwa alas kandang bisa terbuat dari bambu, kayu, semen, atau tanah. Lantai kandang panggung biasanya terbuat dari bilah bambu atau kayu. Jarak antara bilah bambu atau kayu harus disesuaikan agar kaki domba tidak mudah terperosok dan menyebabkan luka. Biasanya jarak antara  bambu  atau  kayu  sekitar  2,5cm.  Jarak  tersebut  berguna mempermudah pembuangan kotoran langsung ke kolong kandang
Bahan yang digunakan untuk membuat atap di peternakan pak Djoko adalah  seng dengan  kemiringan  30°. Hal ini kurang sesuai digunakan karena pada saat siang hari suhu di dalam kandang cukup tinggi dan menyebabkan ternak tidak nafsu  makan. Kondisi ini sesuai pendapat Setiawan  (2011) yang menyatakan, bahan atap yang bisa digunakan cukup beragam, misalnya rumbia, genting  asbes  atau  seng.  Untuk  kandang  yang  berlokasi  di  daerah  panas, dianjurkan menggunakan atap yang terbuat dari bahan berdaya serap panas kecil. Untuk kandang yang berlokasi di daerah dingin, atapnya disarankan terbuat dari bahan yang berdaya serap panas seperti seng.
Ukuran kandang milik pak Djoko  berukuran 3x8 m
 
 


4.    Tipe kandang

Tipe  kandang yang digunakan  peternakan pak Djoko adalah kandang panggung. Celah lantai panggung dibuat kurang lebih 2 2,5 cm, agar kotoran dapat jatuh ke bawah, tetapi kaki domba tidak sampai terperosok. Tinggi panggung dari tanah 70 cm, tinggi ruang utama dari alas sampai atap kurang lebih 4 meter.  Lebar untuk masuk kepala domba mencapai pakan sekitar 30 cm. Dalam pemilihan tipe kandang sudah bisa dikatakan baik dengan memilih kandang panggung. Hal ini sesuai pendapat Setiawan (2011) bahwa jenis kandang yang baik untuk usaha penggemukan domba adalah tipe kandang panggung. Kandang ini dicirikan adanya penopang di dasar kandang dan lantai kandang dibuat celah 2-3cm. Kandang tipe ini lebih bersih dan kotoran tidak menempel pada tubuh ternak sehingga kesehatan ternak lebih terjamin.

C.   Manajemen Pakan

a.    Jenis Pakan
Jenis pakan yang diberikan domba di tempat pak djoko adalah Calfeed yang berasal dari Boyolali. Untuk pakan di peternakan milik pak djoko tidak perlu repot untuk mencari atau membeli, hal ini dikarenakan pakan sudah disediakan dari mitra dan sudah satu paket dengan bakalan.
           

 Pakan



b.    Cara pemberian pakan
1.    Pakan diberikan 60 kg setiap ekor dalam kurun waktu 90 hari
2.    Rata – rata pemberian pakan 0,66 kg/hari setiap ekor domba
a.    1-15 hari    = 0,46 kg
b.    16-30 hari  = 0,50 kg
c.    31-60 hari  = 0,60 kg
d.    61-90 hari  = 0,70-0,80 kg
3.    Pemberian pakan pada domba dilakukan 3x dalam sehari.
a.    07.00 pagi = 0,10 kg/ekor/hari (20%)
b.    14.00         = 0,05 kg/ekor/hari (10%)
c.     19.00         = 0,30 kg/ekor/hari (70%)

Pertambahan Berat Badan Selama Magang

NO
Bobot Awal Magang (kg)
Bobot Akhir Magang(kg)            
Pertambahan Bobot selama 1 minggu (kg)
1.       
14
14,8
0,8
2.       
15
15,9
0,9
3.       
12
12,5
0,5
4.       
14,5
15,5
1,0
5.       
13
13,7
0,7


c.    Pemberian air minum

Pemberian air minum diberikan setelah domba diberikan konsentrat. Pemberian air minum di peternakan pak djoko adalah secara ad libitum. Menurut Sutama (2008), air merupakan salah satu unsur yang sangat vital bagi semua makhluk hidup, termasuk ternak domba. Oleh karena itu, air harus selalu tersedia dalam jumlah cukup karena air berfungsi mengatur temperatur tubuh, melancarkan proses pencernaan makanan dan meningkatkan proses metabolisme.

D.   Manajemen Pemeliharaan

Untuk domba yang baru  datang, kandang dipisah  dengan  domba yang lama. Saat awal masuk, domba yang baru  diberi obat cacing. Hal ini sesuai pendapat Sutama (2008), salah satu perlakuan saat domba baru  datang adalah  dengan  pemberian  obat cacing.  Tujuannya menghilangkan cacing dari saluran pencernaan sehingga akan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan oleh ternak. Karena cacing merebut nutrisi disaluran pencernaan.
Untuk Penimbangan bobot di peternakan pak djoko kurang baik, ini dikarenakan penimbangan hanya di lakukan di awal dan akhir dan hanya diambil beberapa ekor untuk mewakili semua ternak. Hal  ini sesuai pendapat  Setiawan  (2011)  yang menyatakan, salah satu perlakuan awal pada bakalan penggemukan adalah dengan penimbangan.  Penimbangan  dilakukan  untuk  mengetahui  bobot  awal  bakalan yang akan digemukan. Penimbangan sebaiknya dilakukan selama penggemukan dengan interval sebulan sekali agar pertumbuhan bakalan dapat diamati.
Apabila  ada domba yang   sakit  langsung dipisah  dengan  domba yang sehat, dan diletakan di kandang karantina untuk dilakukan pengobatan. Menurut Sutama (2008), tindakan yang dapat dilakukan dalam pencegahan penyakit adalah dengan memisahkan domba yang sakit dengan domba yang sehat sehinnga penularan penyakit dapat diperkecil.
Pemeliharaan ternak domba meliputi perawatan ternak domba yaitu memandikan dan mencukur rambut.
Memandikan domba
Aktivitas memandikan ternak domba di peternakan pak djoko dilakukan 3 minggu sekali dan dimandikan saat pagi hari pada saat cuaca cerah. Hal ini sesuai pendapat Setiawan  (2001)  yang menyatakan  ternak yang tidak pernah  dimandikan,  maka  bulunya  akan  kotor,  gembel dan  lembab.  Keadaan seperti ini merupakan  tempat yang baik  untuk bersarangnya kuman  penyakit, parasit dan jamur yang dapat membahayakan terhadap kesehatan ternak. Ternak yang dimandikan tampak lebih bersih, menarik dan lebih sehat. Ternak domba
dimandikan dua kali dalam sebulan.
 
Mencukur rambut domba
Pencukuran  rambut dilakukan apabila domba tersebut sudah terlalu panjang rambutnya. Hal ini dilakukan untuk menekan penyakit dan membuat domba menjadi indah.   Menurut Sutama (2008) bahwa rambut yang menggumpal dan kotor sebaiknya digunting, karena kondisi rambut yang seperti ini merupakan tempat yang baik untuk bersarangnya penyakit, parasit dan  jamur yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan ternak. Tujuan dilakukan pencukuran yaitu untuk menjaga kesehatan domba dari kuman penyakit dan parasit-parasit luar. Selain untuk pencegahan penyakit, pencukuran juga dilakukan untuk memperindah domba
E.   Kesehatan Domba

Di peternakan milik Pak Djoko Ternak yang baru datang dilakukan pencegahan penyakit dengan  cara memisahkan domba yang baru  datang di kandang karantina atau adaptasi dan diberi obat cacing dengan oral (Albensol) dengan takaran 1 ml/10 kg bb. Hal ini sesuai pendapat Widi (2007), domba yang berasal dari luar bisa menjadi media pembawa penyakit. Oleh  sebab  itu sebaiknya dilakukan pemisahan dari ternak yang sudah lama untuk menghindari terjangkitnya penyakit.
            Ada beberapa domba yang terkena scabies / kudisan, untuk penanganan nya ada beberapa cara seperti dengan memandikannya atau jika sudah cukup parah setelah dimandikan kemudian ternak diobati menggunakan wormectin dengan dosis 0,5ml/10 kg BB dengan cara disuntik subcutan atau bawah kulit bagian yang terkena scabies/kudis. Penyakit kudisan biasanya dapat disebabkan karena beberapa hal, seperti kurang menjaga kebersihan kandang maka dari itu diusahakan setiap hari kotoran  yang berada di kolong kandang dibersihkan. Hal ini sesuai pendapat Sutama (2008) yang menyatakan tindakan yang paling mudah untuk mengendalikan penyakit adalah dengan melakukan pembersihan kandang secara rutin, terutama pada bagian kotoran ternak. Karena kandang yang kotor merupakan media yang baik untuk berkembangnya bibit penyakit.
            Untuk penanganan domba yang sakit di peternakan milik pak djoko sudah sangat baik, karena ternak yang menunjukan tanda-tanda kurang sehat langsung dipisah dan diletakan di kandang karantina dan segera dilakukan pengobatan lebih lanjut sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang domba tersebut. Hal ini sesuai pendapat Sutama (2008), tindakan yang dapat dilakukan dalam pencegahan penyakit adalah dengan memisahkan  domba yang sakit dengan  domba yang  sehat sehingga penularan penyakit dapat diperkecil.




Analisa Usaha per ekor

Keterangan
Harga
Jumlah
Total
B.1
Domba ukuran 50-55 cm
450.000
1
450.000
Pakan
2500
60
150.000
Transport
10.000
1,5
15.000
Administrasi


35.000
Modal dasar


650.000

Keuntungan dalam % per bulan
6


650
Perhitungan Keuntungan



Keuntungan Harian
1.000
90
90.000
Upah tenaga kerja (50 e)
300
90
27.000
Keuntungan rata-rata


117.000            
*Bonus (bila tercapai kriteria)


30.000
Total Keuntungan Maksimum


150.000

Nb: Di tempat pak djoko tidak pernah mencapai bonus sehingga keuntungan per ekor hanya Rp. 117.000,-

(Domba hidup panen - mortalitas 2 %) x keuntungan per ekor selama 3 bulan
(50 – (50 x 0,02) ) x 117.000 = 5.733.000,-
Keuntungan yang diperoleh dari penjualan domba selama 3 bulan sebesar Rp. 5.733.000 dan ditambah dengan penjualan limbah ternak sebesar rp. 1.000.000
Jadi totalnya 6.733.000
Keuntungan bersih

Debit
Kredit

Jumlah
Laba penjualan
5.733.000



Penjualan limbah
1.000.000






6.733.000

Upah tenaga kerja 3 bulan

400.000 x 3


Listrik 3 bulan

100.000


Perbaikan kandang selama 3 bulan

300.000





1.600.000

Keuntungan bersih


5.133.000




BAB V
SIMPULAN DAN SARAN



Simpulan
Berdasarkan kegiatan magang yang telah dilakukan dapat disimpulkan secara umum usaha penggemukan domba di Peternakan domba pak djoko sudah cukup baik. Dengan ikut mitra domba pemilik tidak perlu repot mencari bakalan, pakan dan pemasaran .  Namun  demikian  ada  beberapa kekurangan  yaitu  atap yang digunakan kurang baik karena terbuat dari seng. Selain itu tidak ada penimbangan secara rutin untuk memantau bobot badan dan limbah belum diolah.
Saran
Atap kandang sebaiknya diganti dengan genteng. Hal ini dikarenakan saat siang hari suhu di kandang cukup tinggi sehingga menurunkan nafsu makan dan lebih banyak mengonsumsi air.. Untuk penimbangan domba sebaiknya dilakukan setiap  satu  bulan  sekali.  











 




Daftar Pustaka

BAMBANG, A.M. 1993. Memelihara Domba.Kanisius, Yogyakarta

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1994. Pengantar Ilmu Peternakan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Cahyono, B., 1998. Beternak Domba dan Kambing, Cara Meningkatkan Bobot dan Analisis Kelayakan Usaha. Penerbit Kanisius Yogyakarta

Sarwono, B., 1991. Beternak Kambing dan Domba Unggul. Penebar Swadaya Jakarta
Sarwono B. (2009). Beternak Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya

Setiawan, B. S., dan M. T. Farm. 2001. Beternak Domba dan Kambing. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta
Sitepoe, Mangku. 2008. Cara Memelihara Domba dan Kambing Organik. Jakarta: PT Indeks.

Sodiq, A. dan Z. Abidin. 2002. Penggemukan Domba : Kiat MengatasiPermasalahan Praktis. Agromedia Pustaka, Jakarta

Sudarmono, A.S. dan Y.B. Sugeng. 2003. Beternak Domba. Penebar Swadaya,Jakarta.

Sugeng, Y. B., 1985. Beternak Domba. Penebar Swadaya Jakarta.
Sutama, I dan Budiarsana, IGM. 2009. Panduan Lengkap Kambing dan Domba.Penebar Swadaya, Jakarta

Suriabrata S, 1983. Metodologi Penelitian, Universitas Gajah Mada. Yogyakarta

Widi, T.s.m. 2007. Beternak Domba. PT Citra Aji Parama. Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar