LAPORAN MAGANG TEKNOLOGI HASIL TERNAK
CHICKEN KATSU
Oleh:
Hary Imam Saputra
Satriya Kukuh Santoso
Agyuri Thesa Pramuda
AKADEMI
PETERNAKAN BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2014
KATA PENGATAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat
dan hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan magang di Usaha Pembuatan Chicken Katsu ini serta dapat menyelesaikan
laporan ini dengan baik.
Maksud dan tujuan penyusunan laporan ini adalah merupakan salah satu syarat
dari mata kuliah Teknologi Hasil Ternak di
Akademi Peternakan Brahmaputra Yogyakarta.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak drh. Agus Purnomo, MP juga selaku koordinator
pembimbing magang bidang THT
2.
Ibu Indah selaku Usaha Pembuatan Chicken Katsu
3. Semua pihak yang telah
membantu untuk terselesaikannya laporan ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Harapan kami semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, Juni 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produk
peternakan yang berupa daging, telur, dan susu dapat diolah menjadi penganan
yang enak dan lezat. Olahan produk ini dapat meningkatkan selera makan dan
kesukaan karena ada beberapa orang yang tidak menyukai daging, telur, bahkan
susu jika dikonsumsi dalam bentuk aslinya. Tentunya hal ini akan merepotkan
para ibu dalam menyajikan menu makanan di rumahnya karena itu diperlukan
kemampuan masak-memasak yang dapat memadukan bumbu-bumbu di dapur dalam
mengolah produk ternak hingga menjadi makan siap santap yang lezat dan
menyenangkan.
Pengolahan
produk – produk hasil peternakan dalam kaitannya untuk menciptakan produk bahan
pangan yang aman pada proses pengolahannya selain harus bebas bahan pengawet,
penggunaan bahan tambahan makanan (pewarna dan penambah cita rasa) harus
menggunakan bahan – bahan yang diijinkan hal yang paling mendapat perhatian
adalah higienitas yang harus selalu dijaga pada proses pengolahan. Hal ini
tentunya tidak terlepas dari sifat produk hasil ternak ayng mudah mengalami
kerusakan karena adanya aktivitas mikroorganisme.
Daging merupakan
semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan – pengolahan tersebut
yang sesuia untuk dimakan serta tidak menimbulakan gangguan kesehatan bagi yang
memakannya.
Chicken Katsu adalah suatu produk
olahan daging yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Chicken
katsu adalah
salah satu pangan hasil pengolahan daging ayam yang memiliki cita rasa
tertentu, biasanya berwarna kuning oranye. Biasanya daging bagian dada di filet kemudian digoreng memakai tepung roti. Dalam
penyimpanannya, makanan ini memerlukan perlakuan khusus, yaitu selalu di simpan
dalam kondisi beku (frozen). Hal ini
karena Chicken Katsu merupakan hasil produk olahan hewani yang masuk dalam
kategori mudah rusak oleh mikro organisme.
Tujuan
Tujuan
dilaksanakan magang Teknologi Hasil Ternak ini adalah agar mahasiswa mampu mengetahui cara pembuatan chicken katsu. Serta semua
proses pembuatannya dari awal hingga akhir.
Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan magang ini adalah
mahasiswa mendapatkan pengetahuan tentang proses pembuatan chicken katsu serta
mendapatkan pengalaman kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Chicken
Katsu
Chiken katsu adalah ayam
goreng ala jepang, aslinya makanan jepang ini bernama tonkatsu yang diciptakan
pada abad ke-19. Tonkatsu adalah makanan yang sangat populer di jepang. Berbeda
dengan chiken katsu yang terdiri dari daging ayam, tonkatsu terdiri dari daging
babi goreng dengan roti setebal satu hingga dua sentimeter dan dipotong dalam
potongan yang nyaman (fillet).
Daging Ayam
Daging ayam
memiliki ciri khusus yaitu warna keputihan / merah muda , mempunyai serat
daging yang halus dan panjang , konsistensi sedors diantara serat , daging
tidak ada depa lemak , lemak berwarna putih kekuningan dan konsistensi lembek.
(Muchtadi dan Sugiyono , 1992)
Tabel1. Komposisi Kimia Daging Ayam
per 100g
Komposisi (Bagian Edible)
|
%
|
Air
|
74.8
|
Protein
|
43.1
|
Lemak
|
2.5
|
Abu
|
1.1
|
Bagian yang tak terpakai
|
41.6
|
Jumlah air yang
umumnya ditambahkan dalam pembuatan sosis adalah 20-30% dari berat daging dan
umumnya air yang ditambahkan dalam bentuk es (Forrest et al., 1975).
Menurut Kramlich (1971), penambahan air dalam bentuk es atau air es bertujuan
untuk (1) melarutkan garam dan mendistribusikannya secara merata ke seluruh bagian
massa daging, (2) memudahkan ekstraksi protein serabut otot, (3) membantu
pembentukan emulsi dan (4) mempertahankan suhu daging agar tetap rendah selama
penggilingan dan pembuatan adonan.
Garam
Penambahan
garam pada produk daging olahan bertujuan untuk meningkatkan cita rasa produk,
melarutkan protein myosin, sebagai pengawet dan meningkatkan daya mengikat air
(Pearson dan Tauber, 1984). Menurut Rust (1987), secara umum pada pembuatan
sosis, jumlah garam yang ditambahkan adalah 2-3%. Garam berfungsi untuk
memperbaiki citarasa, melarutkan protein dan sebagai pengawet. Konsentrasi
garam yang biasa digunakan adalah 2,5% dari berat daging. Penggunan garam
tergantung pada faktor luar, dalam lingkungan, pH dan suhu. Garam menjadi
efektif pada suhu yang lebih asam (Buckle et al., 1987). Sedangkan bahan
selanjutnya yang digunakan adalah penyedap. Umumnya penyedap digunakan sekitar
2% dari berat daging (Wibowo, 2006).
Bumbu-bumbu
Menurut Forrest
et al. (1975), penyedap adalah berbagai bahan baik sendiri maupun kombinasi
yang ditambahkan pada pembuatan suatu produk yang dapat menambah rasa pada
produk tersebut. Bahan penyedap alami dapat ditambahkan pada produk daging
olahan dalam bentuk yang belum digiling atau dilumatkan misalnya merica pada
pembuatan sosis. Garam dan merica merupakan bahan penyedap utama dalam
pembuatan sosis. Bumbu merupakan senyawa nabati yang dapat dimakan. Penambahan
bumbu pada pembuatan sosis terutama ditujukan untuk menambah/meningkatkan flavor
(Soeparno, 1994). Menurut Forrest et al. (1975), fungsi bumbu yaitu
sebagai penyedap, penambah karakteristik warna atau pola tekstur serta sebagai
agen antioksidan.
Bawang Putih
Bawang putih
merupakan bahan alami yang biasa ditambahkan dalam makanan atau produk sehingga
diperoleh aroma yang khas guna meningkatkan selera makan (Palungkan dan
Budiarti, 1992). Bau yang khas dari bawang putih berasal dari minyak volatile
yang mengandung komponen sulfur. Karakteristik bawang putih akan muncul dengan
sendirinya apabila terjadi pemotongan atau perusakan jaringan. Bawang putih
dapat menghasilkan enzim alicin dimana enzim tersebut berperan dalam memberi
aroma bawang putih serta merupakan salah satu zat aktif anti bakteri. Bawang
putih memiliki jenis yang cukup banyak, namun tidak ada perbedaan yang
menyolok. Senyawa allicin pada bawang putih merupakan penyebab timbulnya bau
yang sangat tajam. Bawang putih juga mengandung yodium yang tinggi dan sulfur
(Wirakusumah, 2000).
Tepung Tapioka
Tepung Tapioka berfungsi senagai
bahan pengisi serta berfungsi memperbaiki atau menstabilkan emulsi,
meningkatkan daya mengikat air, memperkecil penyusutan, menambah berat produk,
dan dapat menekan biaya produksi. Tepung tersebut mengandung karbohidrat
86,55%, air 13,12%, protein 0,13%, lemak 0,04%, dan abu 0,16%. Kandungan pati
yang tinggi pada tepung membuat bahan pengisi mampu mengikat air tetapi tidak
dapat mengemulsi lemak. Pati dalam air panas dapat membentuk gel yang kental.
Pati terdiri atas dua fraksi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu fraksi terlarut
(amilosa) dan fraksi tidak terlarut (amilopektin). Amilosa bersifat higroskopis
(mudah menyerap air) sehingga mudah membentuk gel. Proporsi kandungan amilosa
dan amilopektin dalam pati menentukan sifat produk olahan; makin sedikit
kandungan amilosa, makin lekat produk olahannya. Interaksi antara myofibril dan
gelatinisasi pati dimana molekul pati akan memenuhi ruang pada matrix
myofibril. Hal ini akan memberikan struktur yang kaku dan meningkatkan
gelatinisasi myofibril (Yulianti, 1999; Hidayati, 2002). Selain itu juga
diasumsikan bahwa gelatinisasi pati dapat menggantikan hilangnya elastisitas
otot karena degradasi protein ketika proses rigor mortis (Purnomo and
Rahardian, 2008).
Merica
SNI
01-3717-1995 menyatakan bahwa merica atau lada putih bubuk adalah lada putih
(Piper ningrumlinn) yang dihaluskan, mempunyai aroma dan rasa khas
lada. Biasanya penambahan lada adalah untuk menguatkan rasa yang terdapat
pada makanan terutama rasa pedas. Selain itu menurut Ting dan Diebel
(1992) pada konsentrasi lebih dari 3%, lada dapat menghambat pertumbuhan Listeria
monocytogeneses.
BAB III
MATERI DAN METODE
Magang dilaksanakan pada tanggal 28
Februari 2014 sampai dengan 3 Maret
2014 di Usaha
Pembuatan Chicken Katsu milik Ibu Indah bertempat di Pondok Baru Permai, Blok D, Tirisan, Makam Haji, Sukoharjo.
Materi
Materi yang digunakan dalam magang
THT ini adalah daging ayam, air jeruk nipis, merica bubuk, garam, telur, susu cair,
tepung terigu, tepung roti, dan minyak goreng. Alat-alat yang digunakan antara lain ; timbangan, baskom, kompor, sendok, pisau, talenan, dan
penggorengan.
Metode
Metode yang digunakan dalam
magang ini adalah mengikuti kegiatan pembuatan chicken katsu dari proses penyiapan, pengolahan,
hingga chicken katsu siap untuk dijual. Serta mencatat alat, bahan dan proses pembuatannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat-alat pembuatan chicken katsu :
1.
timbangan,
2.
baskom,
3.
kompor,
4.
sendok,
5.
pisau,
6.
talenan, dan
7.
penggorengan.
Bahan :
-
3 kg daging
ayam tanpa tulang bagian dada,
-
Jeruk nipis
-
4 butir telur
ayam, kocok lepas
-
100 ml susu
cair
-
300 gram tepung
terigu
-
500 gram tepung
roti kasar ( panir)
Bumbu :
-
1 ½ sendok
makan merica bubuk
-
4 sendok makan
garam
-
10 siung bawang
putih
-
Jahe 2 ruas
jari
Cara membuat
chicken katsu :
1.
Lumuri daging
ayam dengan perasan air jeruk nipis, diamkan selama 15 menit lalu cuci bersih
dengan air mengalir.
2.
Haluskan bawang
putih, jahe, garam, dan tambahkan merica bubuk.
3.
Lumuri daging
ayam dengan bumbu halus lalu simpan dalam wadah tertutup 30 menit di dalam
lemari pendingin.
4.
Campur telur
dan susu cair, aduk rata.
5.
Balurkan daging
ayam ke tepung terigu. Celupkan kedalam campuran telur susu. Gulingkan kedalam
tepung panir. Tepuk-tepuk ayam agar tepung panir menempel sempurna.
6.
Simpan di dalam
kulkas selama 30 menit agar tepung panir lebih menempel.
7.
Kemudian di
bungkus, setiap bungkus berisi 9 buah chicken katsu
Penjualan
Chichken katsu
dipasarkan di sekitar perumahan tempat tinnggal Ibu Indah dan daerah sekitar
Tirisan. Dalam pemasaran chicken katsu dikemas dalam wadah plastik mika berisi
9 buah chicken katsu di jual dengan harga Rp 18.000,00 per bungkus.
BAB V
KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas dapat
disimpulkan bahwa proses pembuatan chicken katsu cukup mudah dibandingkan pembuatan nugget.
Pada proses pembuatan chicken katsu bagian tersulit adalah proses pemisahan
daging dengan tulang (filet) karena apabila salah peotongannya akan merusak
tekstur daging dan mengakibatkan bentuk chicken katsu tidak sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
www.inforesep.com/resep-chiken-katsu.html .diakses pada tanggal 04
juni 2014
Buckle, K. A., Edwards, R. A.,
Fleet, G. H., Wooton, M. 1987. Ilmu
Pangan. Diterjemahkan oleh Hadi Purnomo
dan Adiono. Universitas
Indonesia, Jakarta
Forrest, J. C., E. D. Aberle, H. B.
Hendrick, M. D. Judge and R. A. Merkel. 1975. Principles of Meat Science. W. H.
Freeman and Co., San Fransisco
Kramlich, W.E , A.M Pearson ,F.W
Tauber. 1973. Processed Meats. The Avi Publishing Company : Westport,
Connecticut
Palungkun, R. dan A. Budiarti.
1992. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya.
Jakarta
Rust, R.E. 1987. Sausage
Product. In : The Science of Meat and Meat Product, 3rdEd. J. F.
Price and B.S. Schweigert (Ed). Food and Nutrition Press,Inc., West Port,
Conecticut
Soeparno. 1994. Ilmu dan
Teknologi Daging. UGM Press, Yogyakarta.
Suparno. 1998. Ilmu dan Teknologi Daging. UGM Press,
Yogyakart
Wibowo, S., 2006, “Analisis
Implementasi CRM pada Industri Hospitality di
Yogyakarta”
Wirakusumah, E. S., 2000. Buah
dan Sayur untuk Terapi. Penebar Swadaya,
Jakarta
Tioga Titanium Elements: The Art of the World
BalasHapus“Titanium babyliss pro titanium is made in titanium stud earrings India. It is made babyliss pro titanium flat iron in india and is used in various other Indian cultures, titanium solvent trap and titanium trimmer is also used as an