LAPORAN
PRAKTIKUM
ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING
DI SUSUN
OLEH:
AGYURI THESA P
112224
112224
AKADEMI PETERNAKAN
BRAHMAPUTRA
YOGYAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan rahmat serta hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktek ILMU
DAN TEKNOLOGI DAGING Yang dilakukan di Rumah Potong HewanYogyakarta tepat pada waktunya untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ILMU DAN TEKNOLOGI DAGING
Kami
mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah mendukung kami
dalam penyusunan laporan ini sehingga laporan ini dapat selesai tepat waktu. Disini kami juga memohon maaf apabila dalam penyusunan laporan ini terdapat kesalahan. Untuk itu kami tetap menanti kritik dan saran dari berbagai pihak untuk bahan
pertimbangan dan perbaikan untuk pembuatan laporan berikutnya.
Akhirnya,
semoga Laporan ini dapat berguna bagi kita semua. Amin.
Yogyakarta, 8 January 2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Ternak potong merupakan salah satu penghasil daging
yang memiliki nilai gizi serta nilai ekonomi yang tinggi. Sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan konsumsi daging di Indonesia terus
meningkat setiap tahunnya. Peluang usaha beternak sapi potong sangat
menjanjikan karena dengan melihat meningkatnnya permintaan bahan makanan yang
berasal dari hewan sebagai sumber protein hewani khususnya daging. Dengan
sumber daya alam yang dimiliki Indonesia sebagai pendukung peluang usaha
beternak sapi potong. Peluang tersebut membuat para pengusaha besar maupun
kecil berlomba-lomba untuk mencari keuntungan dari berternak sapi potong.
Pertumbuhan ternak potong meliputi pertumbuhan pre natal dan post natal.
Pertumbuhan pre natal adalah
pertumbuhan yang terjadi atau berlangsung di dalam kandungan induk dan
pertumbuhan post natal adalah
pertumbuhan yang terjadi atau berlangsung mulai ternak dilahirkan sampai mati.
Fase pertumbuhan pada umur pedet, cempe atau genjik berbeda dengan fase
pertumbuhan pada ternak muda dan dewasa.
Pemotongan sapi dilakakukan di Rumah Potong Hewan karena untuk menstandarisasi daging yang akan
dikonsumsi. Dengan proses pemeriksaan kesehatan ternak sebelum di potong dan
pemberian cap bahwa daging telah melewati pemotongan di Rumah Potong Hewan. Dan
proses pemotongan sapi di Rumah Potong Hewan dilakukan oleh petugas yang
terampil, menggunakan semi modern, sehingga mampu memotong puluhan ternak saat
waktu pemotongan. Walaupun begitu, petugas tetap memegang kendali penuh atas
proses pemotonganya. Dari Rumah Potong Hewan yang dikunjungi, bisa diketahui
bagaimana standar pelaksanaan pemotongan yang baik, untuk kemanan pangan from stable to table.
Tujuan
a. Praktikum
pengenalan bangsa ternak potong untuk memperkenalkan kepada mahasiswa tentang
aneka bangsa ternak potong yang banayak dijumpai di Indonesia.
b. Praktikum
konsep pertumbuhan ternak untuk memahami fenomena pertumbuhan pada ternak
potong khususnya pada periode natal.
c. Praktikum
proses pemotongan di RPH bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan memahami
tahapan-tahapan proses pemotongan secara baik dan benar., dan mahasiswa dapat
menjelaskan produk hasil pemotongan berupa karkas dan non kartkas, serta
menghitung secara ekonomi dari usaha pemotongan ternak tersebut.
MATERI DAN CARA KERJA
Proses pemotongan di Rumah Potong Hewan
Alat:
a. Jas praktikum
b. Sepatu kandang
c. Pita ukur
d. Alat tulis
e. Buku praktikum
f. Kamera digital
Bahan:
a. Sapi
Cara Kerja
Proses
pemotongan di Rumah Potong Hewan
1. Memperkenalkan
diri kepada petugas setempat.
2. Mengamati
ternak yang digunakan untuk kegiatan praktikum
3. Mencatat
identitas ternak yang bersangkutan.
4. Menilai karakteristik fisik atau
performan untuk mengetahui kondisi gemuk, sedang atau kurus dari ternak tersebut.
6. Mengamati proses pemotongan dan mencatat waktu setiap tahapan
pemotongan.
7. Menimbang
dan mencatat bobot karkas dan non karkas yang dihasilkan.
8. Mengabadikan
proses pemotongan dan produk yang dihasilkan dengan kamera.
9. Menghitung analisis ekonomi dari usaha pemotongan tersebut.
10. Meminta pengesahan atau persetujuan dari asisten pendamping
pada saat selesai praktikum.
11. Mohon diri kepada petugas setempat
12. Meninggalkan tempat praktikum dengan tertib.
TINJAUAN
PUSTAKA
Pengenalan BangsaTernak potong
Sapi yang disembelih pada waktu praktikum adalah jenis
sapi simpo.Beberapa cara untuk melakukan penilaian hasil akhir terhadap
sapi-sapi potong, yang selanjutnya bisa dipakai untuk melakukan penafsiran
hasil karkas atau daging. Memang semua peternak atau tukang potong memiliki
cara dan pengalaman yang berbeda-beda. Akan tetapi mereka yang belum pernah
melakukan penilaian perlu suatu pengalaman dari para peternak (Sugeng,1993).
Untuk bisa memperoleh suatu score yang baik para peternak bisa melakukan
pengamatan dari berbagai arah, yakni dari arah samping, belakang dan depan,
kemudian memegang dan mengukur sapi-sapi tadi.
Sapi-sapi dapat diidentifikasi dari 3 arah yaitu pengamatan dari
samping, pengamatan dari belakang dan pandangan dari samping (Aak, 1990).
Proses Pemotongan di Rumah Potong Hewan
Pengeringan darah
setelah memotong kepala di Rumah Potong Hewan ini berjalan cukup baik, darah dibiarkan mengalir sebanyak mungkin
terlebih dahulu, sebelum dilakukan proses selanjutnya. Cepat proses penirisan
darah yang kurang sempurna saat penyembelihan bisa menyebabkan warna daging
menjadi kehitam-hitaman dan mudah tercemar mikroba yang menyebabkan masa simpan
daging menjadi singkat (Usmiati, 2010).
Kulit dari lambung-lambung tersebut, bersama kepala, ujung kaki dan ujung ekor walaupun tidak masuk grade manapun, tetap akan laku dijual sebagai “jeroan”. Kebersihan pembersihan jeroan diwajiban, karena (terutama rumen) mengandung banyak mikroba, jamur dan bakteri yang memang berguna untuk membantu penceranaan makanan, mensintesis asam lemak rantai panjang dari propionan dan asam lemak rantai cabang dari kerangka karbon asam-asam aamino valin, leusin dan isoleusin, mensintesa vitamin seperti B6 dan B12 serta mencerna sekitar 30 – 80 % protein yang masuk (Priyo, 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perlakuan Sebelum Pemotongan
Sapi yang masuk ke Rumah Potong Hewan dilakukan pemeriksaan secara fisik oleh dokter hewan. Ternak potong
masuk Rumah Potong Hewan dengan membayar retribusi atau biyaya pemotongan, sapi
yang telah masuk diistirahatkan. Sambil diistirahatkan sapi tersebut diperiksa,
apakah sapi tersebut dalam keadaan sehat atau kurang sehat. Apabila sapi
tersebut positif terkena penyakit yang berbahaya bagi manusia maka sapi
tersebut tidak layak untuk dipotong. Dan apabila sapi tersebut dalam keadaan
sehat maka sapi itu pun siap untuk dipotong. Setelah itu sapi hanya menunggu
giliran untuk dipotong.
Setelah pemotongan selesai, bagian jeroan sapi tersebut di periksa
apakah terkena penyakit atau tidak ,contohnya adalah hati, apabila di dalam
hati ditemukan cacing hati maka hati tersebut tidak akan di jual atau di
pasarkan. Setelah di pastikan daging tersebut sehat maka daging tersebut pun
siap untuk di pasarkan di sekitar banyumas.
B. Tahapan proses
pemotongan
Tabel .11 Tahapan Pemotongan
No.
|
Tahap Pemotongan
|
Penjelasan/pengamatan
|
Waktu (detik/menit)
|
1.
|
Viksasi
|
Dari pelepasan ikatan dikandang sampai proses siap pemotongan
|
25dtk
|
2.
|
Penyembelihan
|
Proses pemotongan
|
14 dtk
|
3.
|
Pengeluaran Darah
|
Darah yang keluar sampai berhenti
|
54 dtk
|
4.
|
Pemisahan kepala dan dengkil
|
Dengkil yaitu lipatan lutut ke bawah
|
30 dtk
|
5.
|
Pengulitan
|
Pemisahan kulit dengan dagingnya
|
18 mnt
|
6.
|
Eviscerasi
|
Pemisahan atau pengeluaran jeroan yang dikeluarkan dari tubuh
|
2 mnt
|
7.
|
Penanganan Karkas
|
Pemisahan karkas menjadi beberapa bagian (4 bagian)
|
15 mnt
|
8.
|
Penanganan Nonkarkas
|
Pengumpulan non karkas (Kepala, kulit, dengkil, exercise) dan
ditimbang
|
9 mnt
|
C. Perlakuan Setelah
Pemotongan
Hati, jantung dan limpa diperiksa
apabila terdapat cacing hati akan segera dimusnahkan dengan cara dibakar
atau direbus untuk pakan ikan. Jika tidak terdapat cacing hati langsung
distempel. Hal ini bertujuan bahwa sapi tersebut telah masuk ke Rumah Potong
Hewan dan lansung dipasarkan.
D. Penimbangan Organ-Organ Tubuh Setelah Pemotongan
Tabel. 12 Penimbangan Organ
Tubuh
No
|
Organ Tubuh
|
Berat (Kg)
|
Harga/Kg
(Rp)
|
Jumlah
Harga (Rp)
|
1
|
Karkas
|
47,8
|
60.000
|
2.868.000
|
2
|
Darah
|
5
|
5000
|
25.000
|
3
|
Kepala
|
21
|
20.000/kg
|
420.000
|
4
|
Dengkil
|
3
|
15.000/kg
|
45.500
|
5
|
Kulit
|
28
|
30.000
|
560.000
|
6
|
Ekor
|
1
|
20.000
|
20.000
|
7
|
Jantung
|
1
|
40.000
|
40.000
|
8
|
Paru-paru
|
3
|
30.000
|
90.000
|
9
|
Hati
|
5
|
35.000
|
175.000
|
10
|
Limpa
|
4 ons
|
20.000
|
80.000
|
11
|
Alat Pencernaan (bersih)
|
15
|
25.000
|
375.000
|
Total Pemotongan Tubuh (Kg)
|
132,28
|
Jml. Harga
(Rp)
|
9.735.000
|
Bobot
tubuh kosong = B. Tubuh – (Darah, isi,
saluran pencernaan)
= 331,2 – (5+12+15)
= 331,24 -28
= 303,24 kg
Perhitungan
ekonomi
a. Persentase Karkas Murni
= Bobot karkas .
x 100 %
Bobot tubuh karkas
= 130,5/331,2(-5)
x 100 %
= 40,01 %
b. Keuntungan yang diperoleh
= Rp. 4.102.000,-
Nept = (NJK + NJNK) – ( HT – BOP )
= (7.830.000 +
1.905.000) – (5.500.000+133.000)
= 9.725.000 –
5.633.000
= Rp. 4.102.000,-
Proses Pemotongan di RumahPotongHewan
Ternak potong dipelihara bertujuan untuk menghasilkan produk
daging. Pada ternak potong yang jarang
digunakan untuk kerja memiliki otot yang tidak begitu menonjol dibandingkan
dengan ternak kerja. Ternak potong
memiliki perototan yang cukup. Otot-
otot yang telah kami amati baik untuk sapi dapat terlihat jelas setelah ternak
tersebut dipotong dan diambil bagian jeroannya.
Produksi sapi potong yang baik adalah sapi yang
memiliki persentase karkas yang tinggi. Yang dimaksud dengan karkas adalah
hasil potongan setelah dikurangi kepala, kulit, dengkil, darah dan isi perut.
Untuk memberikan suatu batasan mengenai hasil karkas yang baik sebenarnya tidak
mudah. Sebab setiap konsumen memiliki
selera dan tuntutan sendiri. Bagi para
peternak dan tukang potong (jagal) menghendaki persentase hasil pemotongan yang
bagus, yakni sapi yang mempunyai ukuran atau porsi isi perut, kepala, cakar sedikit, tetapi
memiliki daging yang tebal dan atau kerangka sedikit, dagingnya halus dan tidak
mengandung banyak lemak, warnanya merah muda.
Ada beberapa cara untuk melakukan penilaian terhadap
sapi yang siap dipotong antara lain:
1. Dengan cara
memegang pangkal ekor dan tulang duduk
2. Penilaian
melalui tulang duduk
3. Penilaian
melalui kedua pantatnya
4. Penilaian
pada kemudi dan tulang duduk
5. Penilaian
di tepi tulang kemudi
6. Penilaian
pada bagian sudut perut belakang
7. Penilaian
pada tulang iga
Setiap konsumen harus mengetahui mutu daging yang akan
dibeli, sebaliknya para jagal harus mengetahui hasil potong yang yang akan
dipasarkan. Mutu daging sangat
bergantung pada berbagai faktor, antara lain:
1. Umur
Sapi yang sudah tua mutu dagingnya sangat rendah,
apalagi bila sapi tersebut sering dipakai untuk bekerja atau untuk membajak.
Daging sapi yang sudah tua biasanya berwarna merah tua, serabutnya kasar dan
apabila dimasak terasa liat. Sebaliknya sapi yang masih muda (sekitar umur
1,5-2,5 tahun) dagingnya akan berwarna merah terang, serabutnya halus dan
apabila dimasak akan terasa lebih empuk.
2. Kondisi waktu hidup
Sapi-sapi yang dipotong dalam kondisi gemuk dan sehat,
dagingnya tentu akan lebih baik dari pada sapi-sapi dalam kondisi yang kurus.
Walaupun sapi yang dipotong itu masih muda, tetapi jika kondisi badan tidak
sehat dan kurus, mutu dagingnya jelek dan liat, karena jaringan-jaringan yang
ada hanya serabut-serabut kasar tanpa diselubungi oleh sel-sel daging yang
cukup.
Saat praktikum sapi-sapi yang akan dipotong sebelumnya
mendapatkan perhatian yang khusus, sapi ditempatkan di tempat tertentu yang
tenang, dan sapi harus diberi waktu istirahat yang cukup, tetapi ada sapi yang
begitu datang langsung dipotong, sapi yang datang lansung dipotong adalah sapi
yang dari daerah sekitar Rumah Potong Hewan, sedangkan sapi yang dari luar
daerah diistirahatkan dahulu sebelum dipotong, hal ini sesuai dengan pernyataan
dari (Sugeng, 1994) yang menyatakan sapi yang didatangkan dari luar daerah yang
jauh harus diistirahatkan terlebih dahulu agar jiwanya tidak tertekan. Sapi yang mendapat perlakuan yang kasar akan
mengakibatkan goncangan jiwa yang yang berat (stress).
Waktupraktikum di Rumah Potong Hewan Mersi pemotongan
sapi dilakukan oleh jagal-jagal yang sudah berpengalaman, pemotongan hewan
ternak sapi memiliki tahapan pemotongan yaitu:
1. Viksasi merupakan tahapan
dari sapi dilepaskan dari ikatan, kemudian direbahkan dengan keempat kaki yang
sudah diikat satu pasang. Tahap viksasi membutuhkan waktu 25 detik.
2. Penyemelihan adalah tahapan
sapi disembelih hingga terputusnya urat nadi pada leher. Waktu yang digunakan
jagal untuk penyembelihan adalah sekitar 14 detik.
3. Pengeluaran darah adalah
tahapan dimana darah dikeluarkan sampai habis dan ditampung pada sebuah lubang
sampai menggumpal. Tahap ini membutuhkan waktu sekitar 54 detik.
4. Pemisahan kepala dan dengkil
merupakan pemisahan kepala dan dengkil dengan tubuh ternak. Pemisahan ini
membutuhkan waktu sekitar 30 detik
5. Pengulitan merupakan
pemisahan kulit dari daging. Waktu yang dibutuhkan tahap ini sekitar 18 menit,
semakin kecil ukuran ternak maka semakin cepat proses pengulitannya.
6. Eviscerasi yaitu pengeluaran jeroan menuju
pembersihan organ pencernaan seperti usus. Waktu yang dibutuhkan eviscerasi
yaitu sekitar 2 menit.
7. Penanganan karkas adalah
saat karkas mulai digantung sampai
ditimbang. Penyelesaian tahap ini sekitar 15menit.
8. Penanganan non karkas
merupakan pembersihan usus, kulit, organ respirasi, dan pencernaan dari kotoran
sampai ditimbang. Waktu yang dibutuhkan untuk tahap ini adalah sekitar 9 menit.
Tahapan pemotongan haruslah cepat untuk dikerjakan
oleh jagal, dikarenakan semakin cepat pemotongan maka semakin banyak hewan yang
dipotong di Rumah Potong Hewan Mersi, semakin banyak pula uang yang diperoleh
oleh jagal. Perlakuan setelah pemotongan yaitu pemeriksaan post mortem yang
dilakukan oleh dokter hewan di Rumah Potong Hewan Mersi. Bagian yang dilakukan
pemeriksaan adalah jantung, hati, dan limpa. Jika dalam organ ini terdapat
cacing maka organ tersebut akan dimusnahkan yaitu dengan dibakar. Karkas yang
telah dipotong tidak dicuci, hal ini dikarenakan apabila dicuci maka daging
akan cepat membusuk. Sartika (2005) menyatakan bahwa, peningkatan keamanan
pangan terhadap makanan asal hewan yang akan dikonsumsi manusia dan penanganan
buah atau sayur-sayuran segar yang dipupuk dengan kotoran sapi, perlu
ditegakkan untuk mencegah dan menurunkan prevalensi food borne pathogensselama dalam mata rantai penyiapan makanan
mulai dari produksi protein hewani di peternakan sampai dengan ditingkat rumah
tangga.
Pemotongan ternak juga ditujukan untuk memperoleh
keuntungn materi. Penghitungan keuntungan dapat diketaui dari jumlah harga
pasaran setiap tubuh ternak dikurangi dengan biaya-biaya pemotongan. Dalam
ternak potong yang paling banyak mendukung untuk keuntungan adalah karkas,
dikarenakan karakas merupakan bagian yang paling banyak dalam tubuh ternak.
Persentase karkas murni dapat diketahui dari obot karkas semu dibagi dengan
bobot tubuh kosong dikalikan 100%. Hasil presentase karkas murni sapi yang kami
amati adalah 40,15 %. Dari hasil ini sapi yang kami amati termasuk sapi ukuran
sedang.
.
V. KESIMPULAN
1. Ternak potong yang
dipelihara oleh penduduk adalah kambing (Peranakan Etawa, Saanen, Jawa Randu),
Sapi (Simental, Peranakan Ongol, Brangus, Limausin), Domba ( Ekor Gemuk,
Merino), Kerbau (Kerbau Lumpur, Kerbau Sungai).
2. Pertumbuhan merupakan fenomena
komplek,dimulai beberapa saat setelah sel telur dibuahi sampai ternak mencapai
ukuran dewasa.
3. Ternak potong dipelihara
untuk memperoleh dagingnya, perlemakan ataupun otot-otot superficial dapat
terlihat setelah ternak dipotong. Proses pemotongan hewan di Rumah Potong
HewanMersi dimulai dari karantina hewan yaitu hewan dipuasakan sebelum
dilakukan tahap pemotongan.
4. Tahapan pemotongan yaitu:
viksasi, penyemelihan, pengeluaran darah, pemisahan kepala dan dengkil,
pengulitan, eviscerasi, penanganan karkas, penanganan non karkas.
DAFTAR
PUSTAKA
AAK. 1990. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Kanisius. Yogyakarta.
Admin, K.
2009. Ternak Potong di Indonesia. Kanisius.
Yogyakarta.
Devendra,C.1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit Universitas Udayana. Bandung.
Djarijah, Abbas Siregar. 1996. Usaha Ternak Domba. Kanisius.
Yogyakarta.
Happyprana, T. 2009. Peternakan Kambing dan Domba Potong.Kanisius.
Yogyakarta.
Jacoeb, Teuku Nusyirwan. 1991. Petunjuk
Teknis Pemeliharaan Sapi Potong. Direktorat Bina Produksi Peternakan.
Murti, T,W. 1988. Kerbau Kerja dan Kerbau Perah.
Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Murtidjo.
1993. Ternak Potong di Daerah Tropis.
UGM Press. Yogyakarta.
Priyo, Caturto N. 2008. Agribisnis
Ternak Ruminansia. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Depdiknas. Jakarta
Sartika, dkk. Analisis
Mikrobiologi Escherichia Coli O157:H7 pada Hasil Olahan Hewan Sapi dalam Proses
Produksinya. Jurnal Kesehatan Vol 9 No 1:
23-25.
Sugeng, B,Y. 1993. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suharno, B. 1995. Ternak Komersial. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Usmiati, Sri. 2010. Pengawetan
Daging Segar dan Olahan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca
Panen Pertanian : Bog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar