Makalah Matakuliah Mikrobiologi
LEPTOSPIROSIS
Disusun
Oleh:
Agus
Hermanto
Juwartono
Ridwan
Ardiansyah
Rusdiyanto
Akademi
Peternakan Brahmaputra
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Leptospirosis adalah penyakit infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh leptospira patogenik dan memiliki manifestasi klinis
yang luas, bervariasi mulai dari infeksi yangtiak jelas sampai fulminan dan
fatal. Pada jenis yang ringan, leptospirosis dapat munculseperti
influenza dengan sakit kepala dan myalgia. Leptospirosis yang berat, ditandaioleh jaundice, disfungsi renal dan diatesis
hemoragik, dikenal dengan Weil’s syndrome
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Leptospirosis
adalah penyakit
akibat bakteriLeptospira
sp. yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia
atau sebaliknya (zoonosis).
Leptospirosis dikenal juga dengan nama Penyakit Weil, DemamIcterohemorrhage,
Penyakit Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever), Demam
Pemotong tebu (Cane-cutter
fever), Demam Lumpur, Jaundis berdarah,
Penyakit Stuttgart,
Demam Canicola, penyakit kuning
non-virus,
penyakit airmerah pada anak sapi,
dan tifus anjing.
Infeksi
dalam bentuk subakut
tidak begitu memperlihatkan gejala klinis, sedangkan pada infeksi akut
ditandai dengan gejala sepsis, radangginjal interstisial, anemia
hemolitik, radanghati dan keguguran. [2].
Leptospirosis pada hewan biasanya subklinis [5].Dalam
keadaan ini, penderita tidak menunjukkan gejala klinis penyakit [5].Leptospira
bertahan dalam waktu yang lama di dalam ginjal hewan sehingga bakteri
akan banyak dikeluarkan hewan lewat air kencingnya[5].
Leptospirosis pada hewan dapat terjadi berbulan-bulan sedangkan pada manusia
hanya bertahan selama 60 hari[5]. Manusia merupakan induk semang terakhir sehingga
penularan antarmanusia jarang terjadi.[5].
|
|
A.Ciri Utama Bakteri
Leptospirosis
Leptospirosis
merupakan organisme jenis spirochetes, yang berbentuk seperti spiral dan
memiliki kati pada kedua ujungnya. Mahluk ini memiliki ukuran panjang m. Leptospirosis
dapat ditemukan padamm dan lebar
0,1m6-20 hampir 160 jenis mamalia. Pengerat terutama
tikus merupakan reservoir utama walaupun binatang ternak merupakan tempat yang
banyak terdapat mikroorganisma ini ( babi, sapi, kambing dan ayam).
Didalam tubuh mamalia (terutama tikus) leptospirosis dapat hidup di dalam tubulus ginjal selama bertahun-tahun, sehingga penularan yang paling utama adalah melalui air seni, walaupun penularan melalui daging atau darah binatang yang terinfeksi dapat terjadi.Penularan antar manusia jarang terjadi.
Setelah keluar melalui air seni, leptospirosis dapat bertahan selama bertahun-tahun di air, sehingga apabila terjadi banjir, akan menyebarkan mikroorganisma ini secara luas, dan terjadi infeksi yang menyebar dengan cepat. Dengan sifatnya ini angka insidensi terjadi pada musim semi dan musim gugur pada daerah dengan empat musim, atau pada musim hujan pada daerah tropis. Mereka yang beresiko terkena penyakit ini adalah pekerja pertanian, rumah jagal, dan memungkinkan juga pemain kano, arung jeram, perenang, ski air , dan olahraga lain yang berhubungan dengan air.
B.Pertumbuhan Dan Reproduksi
Didalam tubuh mamalia (terutama tikus) leptospirosis dapat hidup di dalam tubulus ginjal selama bertahun-tahun, sehingga penularan yang paling utama adalah melalui air seni, walaupun penularan melalui daging atau darah binatang yang terinfeksi dapat terjadi.Penularan antar manusia jarang terjadi.
Setelah keluar melalui air seni, leptospirosis dapat bertahan selama bertahun-tahun di air, sehingga apabila terjadi banjir, akan menyebarkan mikroorganisma ini secara luas, dan terjadi infeksi yang menyebar dengan cepat. Dengan sifatnya ini angka insidensi terjadi pada musim semi dan musim gugur pada daerah dengan empat musim, atau pada musim hujan pada daerah tropis. Mereka yang beresiko terkena penyakit ini adalah pekerja pertanian, rumah jagal, dan memungkinkan juga pemain kano, arung jeram, perenang, ski air , dan olahraga lain yang berhubungan dengan air.
B.Pertumbuhan Dan Reproduksi
Setelah bakteri Leptospira masuk ke
dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, maka bakteri akan mengalami
multiplikasi (perbanyakan) di dalam darah dan jaringan [14].
Selanjutnya akan terjadi leptospiremia, yakni penimbunan bakteri Leptospira
di dalam darah
sehingga bakteri akan menyebar ke berbagai jaringan tubuh terutama ginjal
dan hati[5].
Di ginjal kuman akan migrasi ke interstitium,
tubulus renal, dan tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial (radang
ginjal interstitial) dan nekrosis tubular (kematian tubuli ginjal) [5]. Gagal ginjal
biasanya terjadi karena kerusakan tubulus, hipovolemia karena dehidrasi
dan peningkatan permeabilitas kapiler [14].Gangguan
hati berupa nekrosis sentrilobular dengan proliferasi sel Kupffer[14].
Pada konsisi ini akanterjadi perbanyakan sel Kupffer dalam hati [5].
Leptospira juga dapat menginvasi otot skeletal menyebabkan edema,
vakuolisasi miofibril, dan nekrosis fokal [14].Gangguan
sirkulasi mikro muskular dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat
menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemia sirkulasi [14].
Pada kasus berat akan menyebabkan kerusakan
endotelium kapiler dan radang pada pembuluh
darah[5]. Leptospira
juga dapat menginvasi akuos humor mata dan menetap dalam beberapa bulan, sering
mengakibatkan uveitis kronis dan berulang [14].
Setelah infeksi menyerang seekor hewan, meskipun hewan tersebut telah sembuh,
biasaya dalam tubuhnya akan tetap menyimpan bakteri Leptospira di dalam
ginjal atau organ reproduksinya untuk dikeluarkan dalam urin selama beberapa
bulan bahkan tahun[5].
C.Sifat Bakteri
SIFAT LEPTOSPIROSIS
Dari beberapa sifat yang dimiliki leptospira, ada tiga hal yang wajib kita ketahui :
1.Infeksi bakteri leptospira dapat disebabkan oleh menelan bakteri secara langsung dari air, luka pada kulit, atau melalui makanan. Bakteri leptospira tidak dapat menginfeksi melalui udara. Bakteri Leptospiran hidup di air tawar dan dapat mati karena proses pemanasan, disinfektan, alkali, dan cuka.
2.Makanan yang dimasak dengan air yang mendidih aman dari bakteri ini. Bakteri ini tidak menyukai lingkungan yang kering.Ini juga yang menjadi alasan bahwa pada saat banjir menggenangi rumah dan area pertanian populasinya meningkat dan bila banjir reda, populasinya pun ikut menurun. Makanan yang dikemas dalam kaleng, botol, dan aluminium, yang terendam banjir akan aman dari bakteri ini setelah dikeringkan sebelum dikonsumsi. Mengupas lebih dalam berbagai jenis buah-buahan dan sayuran akan meminimalisasi infeksi bakteri leptospira yang ada di permukaan.
3.Sumber bakteri leptospira yang paling umum adalah tikus, tetapi juga terdapat pada binatang pengerat lain, lembu, babi, kuda, dan biri-biri. Menyebar melalui urine pada saat binatang tersebut memasuki gudang makanan atau sumber air.Makanan dan air yang telah terinfeksi tersebut dapat dapat menyebabkan penyakit pada manusia, anjing, kucing dan semua binatang menyusui.Jarang terjadi penyebaran secara langsung dari binatang ke binatang atau dari manusia ke manusia.
WILAYAH INFEKSI
Timbulnya leptospirosis berdasarkan pada wilayah geografis, kondisi cuaca, vegetasi lokal, populasi tikus, gaya hidup manusia, dan kepadatan penduduk. Secara umum wilayah infeksi leptospirosis dibagi menjadi tiga tingkatan (level).
1.L2-Endemik, penyebaran leptospirosis terjadi di wilayah yang biasa terjangkit, dapat disebabkan oleh curah hujan tinggi, kedekatan hubungan manusia dengan hewan ternak, dan hewan liar, sanitasi yang tidak memadai atau infeksi ditempat bekerja (misalnya petani yang bekerja di sawah). Contoh negara yang tergolong L2 adalah India, Amerika Tengah, dan wilayah lingkar Pasifik.
2.L1-General, lokasi di mana tingkat infeksi secara global rata-rata 0,05 kasus per 100.000, dan infeksi pada umumnya berasal dari tikus liar, kontak langsung dengan ternak melalui air yang terinfeksi. Contoh negara di yang termasuk L1 adalah Amerika Utara, Eropa, Australia, dan wilayah bekas negara Uni Soviet.
3.L0-Clear, lokasi di mana infeksi secara teknik tidak mungkin terjadi karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung, iklim yang ekstrem dan tidak ada populasi tikus dan rodentia lainnya. Contoh negara atau wilayah yang termasuk dalam L0 adalah Artik dan Antartika, gurun Sahara di Afrika, atau penduduk yang berada pada pulau yang terisolasi dari populasi tikus.
Dari beberapa sifat yang dimiliki leptospira, ada tiga hal yang wajib kita ketahui :
1.Infeksi bakteri leptospira dapat disebabkan oleh menelan bakteri secara langsung dari air, luka pada kulit, atau melalui makanan. Bakteri leptospira tidak dapat menginfeksi melalui udara. Bakteri Leptospiran hidup di air tawar dan dapat mati karena proses pemanasan, disinfektan, alkali, dan cuka.
2.Makanan yang dimasak dengan air yang mendidih aman dari bakteri ini. Bakteri ini tidak menyukai lingkungan yang kering.Ini juga yang menjadi alasan bahwa pada saat banjir menggenangi rumah dan area pertanian populasinya meningkat dan bila banjir reda, populasinya pun ikut menurun. Makanan yang dikemas dalam kaleng, botol, dan aluminium, yang terendam banjir akan aman dari bakteri ini setelah dikeringkan sebelum dikonsumsi. Mengupas lebih dalam berbagai jenis buah-buahan dan sayuran akan meminimalisasi infeksi bakteri leptospira yang ada di permukaan.
3.Sumber bakteri leptospira yang paling umum adalah tikus, tetapi juga terdapat pada binatang pengerat lain, lembu, babi, kuda, dan biri-biri. Menyebar melalui urine pada saat binatang tersebut memasuki gudang makanan atau sumber air.Makanan dan air yang telah terinfeksi tersebut dapat dapat menyebabkan penyakit pada manusia, anjing, kucing dan semua binatang menyusui.Jarang terjadi penyebaran secara langsung dari binatang ke binatang atau dari manusia ke manusia.
WILAYAH INFEKSI
Timbulnya leptospirosis berdasarkan pada wilayah geografis, kondisi cuaca, vegetasi lokal, populasi tikus, gaya hidup manusia, dan kepadatan penduduk. Secara umum wilayah infeksi leptospirosis dibagi menjadi tiga tingkatan (level).
1.L2-Endemik, penyebaran leptospirosis terjadi di wilayah yang biasa terjangkit, dapat disebabkan oleh curah hujan tinggi, kedekatan hubungan manusia dengan hewan ternak, dan hewan liar, sanitasi yang tidak memadai atau infeksi ditempat bekerja (misalnya petani yang bekerja di sawah). Contoh negara yang tergolong L2 adalah India, Amerika Tengah, dan wilayah lingkar Pasifik.
2.L1-General, lokasi di mana tingkat infeksi secara global rata-rata 0,05 kasus per 100.000, dan infeksi pada umumnya berasal dari tikus liar, kontak langsung dengan ternak melalui air yang terinfeksi. Contoh negara di yang termasuk L1 adalah Amerika Utara, Eropa, Australia, dan wilayah bekas negara Uni Soviet.
3.L0-Clear, lokasi di mana infeksi secara teknik tidak mungkin terjadi karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung, iklim yang ekstrem dan tidak ada populasi tikus dan rodentia lainnya. Contoh negara atau wilayah yang termasuk dalam L0 adalah Artik dan Antartika, gurun Sahara di Afrika, atau penduduk yang berada pada pulau yang terisolasi dari populasi tikus.
D.Cara Penularan
Urintikus
merupakan sumber penularan LeptospirosisLeptospirosis merupakan penyakit yang
dapat ditularkan melalui air (water
borne disease). Urin (air kencing) dari
individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik
pada manusia maupun pada hewan KemampuanLeptospira
untuk bergerak dengan cepat dalam air
menjadi salah satu faktor penentu utama ia dapat menginfeksi induk semang (host)
yang baru. Hujan
deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir.
Gerakan bakteri memang tidak memengaruhi kemampuannya untuk memasuki jaringan
tubuh namun mendukung proses invasi dan penyebaran di dalam aliran darah induk
semang.
Di Indonesia, penularan paling sering terjadi
melalui tikus pada kondisi banjir. Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan
seperti banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur,
serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya
bakteri Leptospira berkembang biak. Air kencing tikus terbawa banjir
kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput
lendir mata
dan hidung..
Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis karena bertindak sebagai inang alami dan
memiliki daya reproduksi
tinggi. Beberapa hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing
dapat terserang Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak
sebesar tikus.
Bentuk penularan Leptospira dapat
terjadi secara langsung dari penderita ke penderita dan tidak langsung melalui
suatu media.Penularan langsung terjadi melalui kontak dengan selaput lendir
(mukosa) mata
(konjungtiva), kontak luka di kulit, mulut, cairan urin, kontak seksual dan
cairan abortus (gugur kandungan).Penularan
dari manusia ke manusia jarang terjadi.
Penularan tidak langsung terjadi melalui
kontak hewan atau manusia dengan barang-barang yang telah tercemar urin
penderita, misalnya alas kandang hewan, tanah, makanan, minuman dan jaringan
tubuh[5]. Kejadian Leptospirosis pada manusia banyak
ditemukan pada pekerja pembersih selokan
karena selokan banyak tercemar bakteri Leptospira[5]. Umumnya penularan lewat mulut dan tenggorokan
sedikit ditemukan karena bakteri tidak tahan terhadap lingkungan asam [5].
Gejala penyakit yang tampak
Pada hewan
Pada hewan, Leptospirosis kadangkala tidak
menunjukkan gejala klinis (bersifat subklinis), dalam arti hewan akan tetap
terlihat sehat walaupun sebenarnya dia sudah terserang Leptospirosis [5].
Kucing yang terinfeksi biasanya tidak menunjukkan gejala walaupun ia mampu
menyebarkan bakteri ini ke lingkungan untuk jangka waktu yang tidak pasti [2].
Gejala klinis yang dapat tampak yaitu ikterus
atau jaundis, yakni warna kekuningan, karena pecahnya butir darah merah (eritrosit)
sehingga ada hemoglobin
dalam urin [3].
Gejala ini terjadi pada 50 persen kasus, terutama jika penyababnya L. pomona[3].
Gejala lain yaitu demam, tidak nafsu makan,
depresi, nyeri pada bagian-bagian tubuh [3], gagal ginjal,
gangguan kesuburan, dan kadang kematian[5].
Apabila penyakit ini menyerang ginjal atau hati secara akut maka gejala yang
timbul yaitu radang mukosa mata (konjungtivitis), radanghidung (rhinitis), radang tonsil
(tonsillitis), batuk
dan sesak napas [2].
Pada Manusia
Jaundis: kulit dan mukosa
menjadi kuningMasa
inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 – 26
hari. Infeksi Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan
kadang tanpa gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa
Perjalanan
penyakit Leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemik
dan fase imun.Pada periode peralihan fase selama 1-3 hari
kondisi penderita membaik.Selain itu ada Sindrom Weil yang
merupakan bentuk infeksi Leptospirosis yang berat.
Gejala dini Leptospirosis
umumnya adalah demam, sakit kepala parah, nyeri otot, merah, muntah dan mata
merah. Aneka gejala ini bisa meniru gejala penyakit lain seperti selesma, jadi
menyulitkan diagnosa. Malah ada penderita yang tidak mendapat semua gejala itu.
Ada penderita Leptospirosis
yang lebih lanjut mendapat penyakit parah, termasuk penyakit Weil yakni
kegagalan ginjal, sakit kuning (menguningnya kulit yang menandakan penyakit
hati) dan perdarahan masuk ke kulit dan selaput lendir.Pembengkakan selaput
otak atau Meningitis dan perdarahan di paru-paru pun dapat terjadi.Kebanyakan
penderita yang sakit parah memerlukan rawat inap dan Leptospirosis yang parah
malah ada kalanya merenggut nyawa.
Pengobatan dan pencegahan
Pada Hewan
Hewan, terutama hewan kesayangan, yang
terinfeksi parah perlu diberikan perawatan intensif untuk menjamin kesehatanmasyarakat
dan mengoptimalkan perawatan.[20]Antibiotik
yang dapat diberikan yaitu doksisiklin, enrofloksasin, ciprofloksasin atau
kombinasi penisillin-streptomisin.[20]
Selain itu diperlukan terapi suportif dengan pemberian antidiare,
antimuntah, dan infus.[20]
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksinLeptospira.[20][3]
Vaksin Leptospira untuk hewan adalah vaksin inaktif
dalam bentuk cair (bakterin) yang sekaligus bertindak sebagai pelarut
karena umumnya vaksin Leptospira dikombinasikan dengan vaksin lainnya,
misalnya distemper dan hepatitis.[3]
Vaksin Leptospira pada anjing yang beredar di Indonesia terdiri atas dua
macam serovar yaitu L. canicola dan L. ichterohemorrhagiae.[3] Vaksin Leptospira pada anjing diberikan saat
anjing berumur 12 minggu dan diulang saat anjing berumur 14-16 minggu.[20] Sistem kekebalan sesudah vaksinasi bertahan selama
6 bulan, sehingga anjing perlu divaksin lagi setiap enam bulan.[20]
Pada Manusia
Leptospirosis yang ringan dapat diobati
dengan antibiotik
doksisiklin, ampisillin, atau amoksisillin.Sedangkan Leptospirosis yang berat
dapat diobati dengan penisillin G, ampisillin, amoksisillin dan eritromisin.[5]
Manusia rawan oleh infeksi semua serovar Leptospira
sehingga manusia harus mewaspadai cemaran urin dari semua hewan.[5] Perilaku hidup sehat dan bersih merupakan cara utama
untuk menanggulangi Leptospirosis tanpa biaya.[3]
Manusia yang memelihara hewan kesayangan hendaknya selalu membersihkan diri
dengan antiseptik
setelah kontak dengan hewan kesayangan, kandang, maupun lingkungan di mana
hewan berada.[5]
Manusia harus mewaspadai tikus
sebagai pembawa utama dan alami penyakit ini.[6]
Pemberantasan tikus terkait langsung dengan pemberantasan Leptospirosis.[15]
Selain itu, para peternak babi dihimbau untuk mengandangkan ternaknya jauh dari
sumber air.[3]Fesesternak perlu diarahkan ke suatu
sumber khusus sehingga tidak mencemari lingkungan terutama sumber air.[3]
E. Kekebalan antibiotic
Tujuan pengobatan dengan antibiotik adalah: Mempercepat pulih
ke keadaan normal, mempersingkat lamanya demam, mempersingkat lamanya
perawatan, mencegah komplikasi seperti gagal ginjal (leptospiruria), menurunkan ngka kematian. Obat pilihan adalah Benzyl Penicillin.Selain itu dapat
digunakan Tetracycline, Streptomicyn, Erythromycin, Doxycycline,
Ampicillin atau Amoxicillin. Pengobatan dengan Benzyl
Penicillin 6-8 MU iv dosis terbagi selama 5-7 hari. Atau Procain
Penicillin 4-5 MU/hari kemudian dosis diturunkan menjadi setengahnya
setelah demam hilang, biasanya lama pengobatan 5-6 hari.Jika pasien alergi penicillin
digunakan Tetracycline dengan dosis awal 500 mg, kemudian 250 mg IV/IM
perjam selama 24 jam, kemudian 250-500mg /6jam peroral selama 6 hari. Atau Erythromicyn
dengan dosis 250 mg/ 6jam selama 5 hari. Tetracycline dan Erythromycin
kurang efektif dibandingkan dengan Penicillin.Ceftriaxone dosis 1
g. iv. selama 7 hari hasilnya tidak jauh berbeda dengan pengobatan menggunakan penicillin.Oxytetracycline
digunakan dengan dosis.5 g. peroral, dilanjutkan dengan 0.6 g. tiap 6 jam
selama 5 hari tetapi cara ini menurut beberapa penelitian tidak dapat mencegah
terjadinya komplikasi hati dan ginjal. Pengobatan dengan Penicillin
dilaporkan bisa menyebabkan komplikasi berupa reaksi Jarisch-Herxheimer.
Komplikasi ini biasanya timbul dalam beberapa waktu sampai dengan 3 jam setelah
pemberian penicillin intravena; berupa demam, malaise dan nyeri kepala; pada
kasus berat dapat timbul gangguan pernafasan.
Kesimpulan
Penyakit
leptospirosis mungkin banyak terdapat di Indonesia terutama di musim penghujan
dan pada pasien ini terdapat faktor resiko karena dia bekerja sebagai pemecah
batu di sungai. Pengobatan dengan antibiotik merupakan pilihan terbaik pada
fase awal ataupun fase lanjut (fase imunitas). Selain pengobatan antibiotik,
perawatan pasien tidak kalah pentingnya agar keadaan umum dan kecukupan gizi
terpenuhi. Antibiotic pilihan utama adalah golongan penisilin. Namun untuk
daerah endemis antibiotic golongan cephalosporin generasi ketiga (Ceftriaxon)
merupakan pilihan terapinya.
Sumber: Wikipedia dan Berbagai Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar