Jumat, 02 Mei 2014

leptospirosis


 

Makalah Matakuliah Mikrobiologi
LEPTOSPIROSIS

Disusun Oleh:
Agus Hermanto
Juwartono
Ridwan Ardiansyah
Rusdiyanto
Teguh
Akademi Peternakan Brahmaputra 
2012



BAB  I
PENDAHULUAN

Leptospirosis adalah penyakit infeksi. Penyakit ini disebabkan oleh leptospira patogenik dan memiliki manifestasi klinis yang luas, bervariasi mulai dari infeksi yangtiak jelas sampai fulminan dan fatal. Pada jenis yang ringan, leptospirosis dapat munculseperti influenza dengan sakit kepala dan myalgia. Leptospirosis yang berat, ditandaioleh jaundice, disfungsi renal dan diatesis hemoragik, dikenal dengan Weil’s syndrome
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteriLeptospira sp. yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis dikenal juga dengan nama Penyakit Weil, DemamIcterohemorrhage, Penyakit Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever), Demam Pemotong tebu (Cane-cutter fever), Demam Lumpur, Jaundis berdarah, Penyakit Stuttgart, Demam Canicola, penyakit kuning non-virus, penyakit airmerah pada anak sapi, dan tifus anjing.
Infeksi dalam bentuk subakut tidak begitu memperlihatkan gejala klinis, sedangkan pada infeksi akut ditandai dengan gejala sepsis, radangginjal interstisial, anemia hemolitik, radanghati dan keguguran. [2]. Leptospirosis pada hewan biasanya subklinis [5].Dalam keadaan ini, penderita tidak menunjukkan gejala klinis penyakit [5].Leptospira bertahan dalam waktu yang lama di dalam ginjal hewan sehingga bakteri akan banyak dikeluarkan hewan lewat air kencingnya[5]. Leptospirosis pada hewan dapat terjadi berbulan-bulan sedangkan pada manusia hanya bertahan selama 60 hari[5]. Manusia merupakan induk semang terakhir sehingga penularan antarmanusia jarang terjadi.[5].


A.Ciri Utama Bakteri Leptospirosis
Leptospirosis merupakan organisme jenis spirochetes, yang berbentuk seperti spiral dan memiliki kati pada kedua ujungnya. Mahluk ini memiliki ukuran panjang m. Leptospirosis dapat ditemukan padamm dan lebar 0,1m6-20  hampir 160 jenis mamalia. Pengerat terutama tikus merupakan reservoir utama walaupun binatang ternak merupakan tempat yang banyak terdapat mikroorganisma ini ( babi, sapi, kambing dan ayam).
Didalam tubuh mamalia (terutama tikus) leptospirosis dapat hidup di dalam tubulus ginjal selama bertahun-tahun, sehingga penularan yang paling utama adalah melalui air seni, walaupun penularan melalui daging atau darah binatang yang terinfeksi dapat terjadi.Penularan antar manusia jarang terjadi.
Setelah keluar melalui air seni, leptospirosis dapat bertahan selama bertahun-tahun di air, sehingga apabila terjadi banjir, akan menyebarkan mikroorganisma ini secara luas, dan terjadi infeksi yang menyebar dengan cepat. Dengan sifatnya ini angka insidensi terjadi pada musim semi dan musim gugur pada daerah dengan empat musim, atau pada musim hujan pada daerah tropis. Mereka yang beresiko terkena penyakit ini adalah pekerja pertanian, rumah jagal, dan memungkinkan juga pemain kano, arung jeram, perenang, ski air , dan olahraga lain yang berhubungan dengan air.

B.Pertumbuhan Dan Reproduksi
Setelah bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, maka bakteri akan mengalami multiplikasi (perbanyakan) di dalam darah dan jaringan [14]. Selanjutnya akan terjadi leptospiremia, yakni penimbunan bakteri Leptospira di dalam darah sehingga bakteri akan menyebar ke berbagai jaringan tubuh terutama ginjal dan hati[5].
Di ginjal kuman akan migrasi ke interstitium, tubulus renal, dan tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial (radang ginjal interstitial) dan nekrosis tubular (kematian tubuli ginjal) [5]. Gagal ginjal biasanya terjadi karena kerusakan tubulus, hipovolemia karena dehidrasi dan peningkatan permeabilitas kapiler [14].Gangguan hati berupa nekrosis sentrilobular dengan proliferasi sel Kupffer[14]. Pada konsisi ini akanterjadi perbanyakan sel Kupffer dalam hati [5]. Leptospira juga dapat menginvasi otot skeletal menyebabkan edema, vakuolisasi miofibril, dan nekrosis fokal [14].Gangguan sirkulasi mikro muskular dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemia sirkulasi [14].
Pada kasus berat akan menyebabkan kerusakan endotelium kapiler dan radang pada pembuluh darah[5]. Leptospira juga dapat menginvasi akuos humor mata dan menetap dalam beberapa bulan, sering mengakibatkan uveitis kronis dan berulang [14]. Setelah infeksi menyerang seekor hewan, meskipun hewan tersebut telah sembuh, biasaya dalam tubuhnya akan tetap menyimpan bakteri Leptospira di dalam ginjal atau organ reproduksinya untuk dikeluarkan dalam urin selama beberapa bulan bahkan tahun[5].
C.Sifat Bakteri
SIFAT LEPTOSPIROSIS
Dari beberapa sifat yang dimiliki leptospira, ada tiga hal yang wajib kita ketahui :
1.Infeksi bakteri leptospira dapat disebabkan oleh menelan bakteri secara langsung dari air, luka pada kulit, atau melalui makanan. Bakteri leptospira tidak dapat menginfeksi melalui udara. Bakteri Leptospiran hidup di air tawar dan dapat mati karena proses pemanasan, disinfektan, alkali, dan cuka.
2.Makanan yang dimasak dengan air yang mendidih aman dari bakteri ini. Bakteri ini tidak menyukai lingkungan yang kering.Ini juga yang menjadi alasan bahwa pada saat banjir menggenangi rumah dan area pertanian populasinya meningkat dan bila banjir reda, populasinya pun ikut menurun. Makanan yang dikemas dalam kaleng, botol, dan aluminium, yang terendam banjir akan aman dari bakteri ini setelah dikeringkan sebelum dikonsumsi. Mengupas lebih dalam berbagai jenis buah-buahan dan sayuran akan meminimalisasi infeksi bakteri leptospira yang ada di permukaan.
3.Sumber bakteri leptospira yang paling umum adalah tikus, tetapi juga terdapat pada binatang pengerat lain, lembu, babi, kuda, dan biri-biri. Menyebar melalui urine pada saat binatang tersebut memasuki gudang makanan atau sumber air.Makanan dan air yang telah terinfeksi tersebut dapat dapat menyebabkan penyakit pada manusia, anjing, kucing dan semua binatang menyusui.Jarang terjadi penyebaran secara langsung dari binatang ke binatang atau dari manusia ke manusia.

WILAYAH INFEKSI
Timbulnya leptospirosis berdasarkan pada wilayah geografis, kondisi cuaca, vegetasi lokal, populasi tikus, gaya hidup manusia, dan kepadatan penduduk. Secara umum wilayah infeksi leptospirosis dibagi menjadi tiga tingkatan (level).
1.L2-Endemik, penyebaran leptospirosis terjadi di wilayah yang biasa terjangkit, dapat disebabkan oleh curah hujan tinggi, kedekatan hubungan manusia dengan hewan ternak, dan hewan liar, sanitasi yang tidak memadai atau infeksi ditempat bekerja (misalnya petani yang bekerja di sawah). Contoh negara yang tergolong L2 adalah India, Amerika Tengah, dan wilayah lingkar Pasifik.
2.L1-General, lokasi di mana tingkat infeksi secara global rata-rata 0,05 kasus per 100.000, dan infeksi pada umumnya berasal dari tikus liar, kontak langsung dengan ternak melalui air yang terinfeksi. Contoh negara di yang termasuk L1 adalah Amerika Utara, Eropa, Australia, dan wilayah bekas negara Uni Soviet.
3.L0-Clear, lokasi di mana infeksi secara teknik tidak mungkin terjadi karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung, iklim yang ekstrem dan tidak ada populasi tikus dan rodentia lainnya. Contoh negara atau wilayah yang termasuk dalam L0 adalah Artik dan Antartika, gurun Sahara di Afrika, atau penduduk yang berada pada pulau yang terisolasi dari populasi tikus.
D.Cara Penularan
Urintikus merupakan sumber penularan LeptospirosisLeptospirosis merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui air (water borne disease). Urin (air kencing) dari individu yang terserang penyakit ini merupakan sumber utama penularan, baik pada manusia maupun pada hewan  KemampuanLeptospira untuk bergerak dengan cepat dalam air menjadi salah satu faktor penentu utama ia dapat menginfeksi induk semang (host) yang baru. Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir. Gerakan bakteri memang tidak memengaruhi kemampuannya untuk memasuki jaringan tubuh namun mendukung proses invasi dan penyebaran di dalam aliran darah induk semang.
Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir. Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung.. Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis  karena bertindak sebagai inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat terserang Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar tikus.
Bentuk penularan Leptospira dapat terjadi secara langsung dari penderita ke penderita dan tidak langsung melalui suatu media.Penularan langsung terjadi melalui kontak dengan selaput lendir (mukosa) mata (konjungtiva), kontak luka di kulit, mulut, cairan urin, kontak seksual dan cairan abortus (gugur kandungan).Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi.
Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak hewan atau manusia dengan barang-barang yang telah tercemar urin penderita, misalnya alas kandang hewan, tanah, makanan, minuman dan jaringan tubuh[5]. Kejadian Leptospirosis pada manusia banyak ditemukan pada pekerja pembersih selokan karena selokan banyak tercemar bakteri Leptospira[5]. Umumnya penularan lewat mulut dan tenggorokan sedikit ditemukan karena bakteri tidak tahan terhadap lingkungan asam [5].



Gejala penyakit yang tampak
Jaundis pada kucing: telinga dan mukosa mata menjadi kuning
 Pada hewan
Pada hewan, Leptospirosis kadangkala tidak menunjukkan gejala klinis (bersifat subklinis), dalam arti hewan akan tetap terlihat sehat walaupun sebenarnya dia sudah terserang Leptospirosis [5]. Kucing yang terinfeksi biasanya tidak menunjukkan gejala walaupun ia mampu menyebarkan bakteri ini ke lingkungan untuk jangka waktu yang tidak pasti [2].
Gejala klinis yang dapat tampak yaitu ikterus atau jaundis, yakni warna kekuningan, karena pecahnya butir darah merah (eritrosit) sehingga ada hemoglobin dalam urin [3]. Gejala ini terjadi pada 50 persen kasus, terutama jika penyababnya L. pomona[3]. Gejala lain yaitu demam, tidak nafsu makan, depresi, nyeri pada bagian-bagian tubuh [3], gagal ginjal, gangguan kesuburan, dan kadang kematian[5]. Apabila penyakit ini menyerang ginjal atau hati secara akut maka gejala yang timbul yaitu radang mukosa mata (konjungtivitis), radanghidung (rhinitis), radang tonsil (tonsillitis), batuk dan sesak napas [2].
Pada Manusia
Jaundis: kulit dan mukosa menjadi kuningMasa inkubasi Leptospirosis pada manusia yaitu 2 – 26 hari. Infeksi Leptospirosis mempunyai manifestasi yang sangat bervariasi dan kadang tanpa gejala, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa
Perjalanan penyakit Leptospira terdiri dari 2 fase, yaitu fase septisemik dan fase imun.Pada periode peralihan fase selama 1-3 hari kondisi penderita membaik.Selain itu ada Sindrom Weil yang merupakan bentuk infeksi Leptospirosis yang berat.
Gejala dini Leptospirosis umumnya adalah demam, sakit kepala parah, nyeri otot, merah, muntah dan mata merah. Aneka gejala ini bisa meniru gejala penyakit lain seperti selesma, jadi menyulitkan diagnosa. Malah ada penderita yang tidak mendapat semua gejala itu.
Ada penderita Leptospirosis yang lebih lanjut mendapat penyakit parah, termasuk penyakit Weil yakni kegagalan ginjal, sakit kuning (menguningnya kulit yang menandakan penyakit hati) dan perdarahan masuk ke kulit dan selaput lendir.Pembengkakan selaput otak atau Meningitis dan perdarahan di paru-paru pun dapat terjadi.Kebanyakan penderita yang sakit parah memerlukan rawat inap dan Leptospirosis yang parah malah ada kalanya merenggut nyawa.
Pengobatan dan pencegahan
 Pada Hewan
Hewan, terutama hewan kesayangan, yang terinfeksi parah perlu diberikan perawatan intensif untuk menjamin kesehatanmasyarakat dan mengoptimalkan perawatan.[20]Antibiotik yang dapat diberikan yaitu doksisiklin, enrofloksasin, ciprofloksasin atau kombinasi penisillin-streptomisin.[20] Selain itu diperlukan terapi suportif dengan pemberian antidiare, antimuntah, dan infus.[20]
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksinLeptospira.[20][3] Vaksin Leptospira untuk hewan adalah vaksin inaktif dalam bentuk cair (bakterin) yang sekaligus bertindak sebagai pelarut karena umumnya vaksin Leptospira dikombinasikan dengan vaksin lainnya, misalnya distemper dan hepatitis.[3] Vaksin Leptospira pada anjing yang beredar di Indonesia terdiri atas dua macam serovar yaitu L. canicola dan L. ichterohemorrhagiae.[3] Vaksin Leptospira pada anjing diberikan saat anjing berumur 12 minggu dan diulang saat anjing berumur 14-16 minggu.[20] Sistem kekebalan sesudah vaksinasi bertahan selama 6 bulan, sehingga anjing perlu divaksin lagi setiap enam bulan.[20]
Pada Manusia
Leptospirosis yang ringan dapat diobati dengan antibiotik doksisiklin, ampisillin, atau amoksisillin.Sedangkan Leptospirosis yang berat dapat diobati dengan penisillin G, ampisillin, amoksisillin dan eritromisin.[5]
Manusia rawan oleh infeksi semua serovar Leptospira sehingga manusia harus mewaspadai cemaran urin dari semua hewan.[5] Perilaku hidup sehat dan bersih merupakan cara utama untuk menanggulangi Leptospirosis tanpa biaya.[3] Manusia yang memelihara hewan kesayangan hendaknya selalu membersihkan diri dengan antiseptik setelah kontak dengan hewan kesayangan, kandang, maupun lingkungan di mana hewan berada.[5]
Manusia harus mewaspadai tikus sebagai pembawa utama dan alami penyakit ini.[6] Pemberantasan tikus terkait langsung dengan pemberantasan Leptospirosis.[15] Selain itu, para peternak babi dihimbau untuk mengandangkan ternaknya jauh dari sumber air.[3]Fesesternak perlu diarahkan ke suatu sumber khusus sehingga tidak mencemari lingkungan terutama sumber air.[3]
E. Kekebalan antibiotic

Tujuan pengobatan dengan antibiotik adalah: Mempercepat pulih ke keadaan normal, mempersingkat lamanya demam, mempersingkat lamanya perawatan, mencegah komplikasi seperti gagal ginjal (leptospiruria), menurunkan ngka kematian. Obat pilihan adalah Benzyl Penicillin.Selain itu dapat digunakan Tetracycline, Streptomicyn, Erythromycin, Doxycycline, Ampicillin atau Amoxicillin. Pengobatan dengan Benzyl Penicillin 6-8 MU iv dosis terbagi selama 5-7 hari. Atau Procain Penicillin 4-5 MU/hari kemudian dosis diturunkan menjadi setengahnya setelah demam hilang, biasanya lama pengobatan 5-6 hari.Jika pasien alergi penicillin digunakan Tetracycline dengan dosis awal 500 mg, kemudian 250 mg IV/IM perjam selama 24 jam, kemudian 250-500mg /6jam peroral selama 6 hari. Atau Erythromicyn dengan dosis 250 mg/ 6jam selama 5 hari.  Tetracycline dan Erythromycin kurang efektif dibandingkan dengan Penicillin.Ceftriaxone dosis 1 g. iv. selama 7 hari hasilnya tidak jauh berbeda dengan pengobatan menggunakan penicillin.Oxytetracycline digunakan dengan dosis.5 g. peroral, dilanjutkan dengan 0.6 g. tiap 6 jam selama 5 hari tetapi cara ini menurut beberapa penelitian tidak dapat mencegah terjadinya komplikasi hati dan ginjal. Pengobatan dengan Penicillin dilaporkan bisa menyebabkan komplikasi berupa reaksi Jarisch-Herxheimer. Komplikasi ini biasanya timbul dalam beberapa waktu sampai dengan 3 jam setelah pemberian penicillin intravena; berupa demam, malaise dan nyeri kepala; pada kasus berat dapat timbul gangguan pernafasan.

Kesimpulan

Penyakit leptospirosis mungkin banyak terdapat di Indonesia terutama di musim penghujan dan pada pasien ini terdapat faktor resiko karena dia bekerja sebagai pemecah batu di sungai. Pengobatan dengan antibiotik merupakan pilihan terbaik pada fase awal ataupun fase lanjut (fase imunitas). Selain pengobatan antibiotik, perawatan pasien tidak kalah pentingnya agar keadaan umum dan kecukupan gizi terpenuhi. Antibiotic pilihan utama adalah golongan penisilin. Namun untuk daerah endemis antibiotic golongan cephalosporin generasi ketiga (Ceftriaxon)  merupakan pilihan terapinya.
  Sumber: Wikipedia dan Berbagai Sumber






Tidak ada komentar:

Posting Komentar